Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian menargetkan kapasitas produksi serat rayon menjadi 1,21 juta ton per tahun mulai tiga tahun mendatang atau 2023. Target itu menyusul berbagai rencana pendukung yang diharapkan dapat segera terealisasi.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam mengatakan rencana pendukung itu di antaranya peningkatan kapasitas industri Paraxylene di TPPI Tuban, peningkatan kapasitas industri dissolving pulp, dan menghidupkan kembali fasilitas PTA di PT Asia Pacific Fibers.
"Saat ini polyester telah menggantikan dominasi kapas dalam produksi serat dunia, tren serupa juga terlihat pada rayon yang mengalami pertumbuhan konsumsi yang tinggi baik secara global atau domestik," katanya katanya dalam webinar Simposium Towards Responsible Supply Chain, Kamis (26/11/2020).
Khayam mengemukakan pada tahun lalu produksi serat rayon nasional berada di level 724.660 ton atau 39 persen dari total produksi serat di Indonesia. Sementara tingkat konsumsi nasional berada di angka 419.800 atau 20 persen dari total penggunaan serat.
Adapun secara keseluruhan nilai impor serat buatan per 2019 masih di angka Rp4,48 triliun yang diharapkan pada tahun ini akan berkurang menjadi Rp3,81 triliun, lalu tahun depan menjadi Rp3,36 triliun, dan pada 2023 menjadi Rp2,91 triliun karena program subtitusi yang diharapkan berjalan sesuai rencana.
Khayam menyebut pemerintah juga akan memfasilitasi pendirian Textile Industrial Park 4.0 berbasis rayon dan polyester di Karawang, Batang, dan Riau. Hal itu juga dibarengi dengan penguatan supply chain dengan pemberian insentif kemudahan lokal tujuan ekspor atau KLTE, dan kemudahan lokal tujuan lokal atau KLTL.
Baca Juga
"Dari sisi kebijakan untuk mendukung target ini dengan melakukan revisi Permendag 64/2017, usulan safeguard untuk rayon, nilon, dan polyiester untuk menghadapi produk China dan India, serta pelaksanaan verifikasi kemampuan industri untuk pengguna bahan baku," ujarnya.