Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Agung Firman Sampurna mengatakan bahwa Covid-19 menjadi tantangan besar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Bahkan, Tanah Air tengah menghadapi gelombang kedua yang lebih buruk saat ini.
Menurutnya, tidak ada pilihan lain selain merangkul situasi dan membiasakannya dengan mengadaptasi normal baru.
Setelah mengalami empat gangguan global yaitu keuangan pada 2008, industri 4.0 pada 2009, politik pada 2016 dan kesehatan pada 2020 akibat pandemi, masyarakat global perlu berkolaborasi dalam mengelola dampak langsung dari krisis. Tujuannya memulai apa yang kemudian disebut set ulang besar-besaran (great reset).
“Selain itu, komitmen global dan nasional pada tujuan pembangunan berkelanjutan [sustainable development goals/SDGs] telah terancam. Covid-19 membuat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan 2030 semakin sulit,” katanya melalui sambutan diskusi virtual, Senin (11/1/2021).
Firman menjelaskan bahwa sebelum krisis, bantuan internasional yang substansial dibutuhkan bagi beberapa negara untuk mencapai SDGs. Mengingat tekanan global yang ada, beberapa SDGs berada dalam bahaya tidak tercapai
Beberapa di antaranya SDG 3 untuk memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua usia. Lalu SDG 1 untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem dalam segala bentuk.
Baca Juga
Kemudian, SDG 10 untuk mengurangi ketidaksetaraan. Selanjutnya, SDG 2 untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan peningkatan gizi. Terakhir SDG 4 untuk memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
Akan tetapi Covid-19 telah menempatkan ekonomi dunia dalam kondisi yang buruk. Selain itu juga mendorong jutaan orang kembali ke dalam kemiskinan, memperburuk ketimpangan, dan memaksa banyak orang untuk tetap atau kembali hidup dalam kemiskinan ekstrim.
“Hal ini dapat diukur dengan mempengaruhi kapasitas keluarga dalam menyediakan kebutuhan seperti makanan dan pendidikan bagi keluarganya,” jelasnya.