Bisnis.com, JAKARTA - Tolok ukur imbal hasil surat utang negara tenor 10 tahun Amerika Serikat menyentuk 1 persen, pertama kalinya sejak gejolak yang dipicu pandemi pada Maret 2020.
Saat itu, para trader mempertimbangkan kemungkinan Demokrat memenangkan kendali atas Senat AS.
Imbal hasil SUN tenor 10 tahun, suku bunga acuan global utama, naik sebanyak lima basis poin, di tengah ekspektasi bahwa Demokrat dapat memenangkan dua pemilihan Senat putaran kedua di Georgia.
Langkah tersebut mendorong kurva imbal hasil lebih curam, yang mencerminkan ekspektasi untuk lonjakan pengeluaran yang akan menghidupkan kembali ekonomi AS.
"Hasil pemilu Georgia telah menjadi salah satu ketidakpastian utama yang mengganggu pasar global, Demokrat yang bergerak maju memiliki implikasi yang jelas pada kebijakan fiskal dan obligasi AS,” kata Andrew Ticehurst, ahli strategi di Nomura Holdings Inc. di Sydney, dilansir Bloomberg, Rabu (6/1/2021)
Dia melanjutkan bahwa stimulus tambahan harus didanai dan pasar dengan jelas mengindikasikan ingin menguji level 1 persen untuk imbal hasil saat ini.
Baca Juga
Imbal hasil obligasi naik menjelang pemilihan umum AS pada November, sebagian didorong oleh ekspektasi lebih banyak stimulus di bawah pemerintahan yang dipimpin Demokrat.
Langkah tersebut kemudian goyah dengan kontrol atas Senat seimbang sampai balapan Georgia, meskipun kemajuan dalam peluncuran vaksin Covid-19 juga telah meningkatkan hasil, bersama dengan meredanya ketegangan perdagangan global setelah perjanjian bersejarah pasca-Brexit.
Ekspektasi inflasi juga meningkat, dengan tingkat impas 10 tahun yaitu yang mengacu pada harga obligasi terkait inflasi, naik melewati 2 persen. Angka itu merupakan level yang terakhir terlihat lebih dari dua tahun lalu.
Investor akan mengamati apakah kenaikan imbal hasil surat utang bertenor 10 tahun dapat terdorong melampaui nilai tertinggi Maret pada angka 1,27 persen sebagai tanda yang jelas dari terobosan dari imbal ketat yang berlaku sepanjang tahun lalu.