Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan asal Hungaria, Roatex Ltd. Zrt. Memenangi lelang pelaksana sistem transaksi tol nontunai nirsentuh berbasis multi-lane free flow yang digelar Badan Pengatur Jalan Tol sejak tahun lalu.
Penetapan hasil pelelangan pengusahaan badan usaha pelaksana kerja sama pemerintah dengan badan usaha untuk sistem transaksi tol nontunai nirsentuh berbasis multi lane free flow diumumkan panitia pelelangan melalui laman resmi Badan Pangatur Jalan Tol, Selasa (5/1/2021).
Panita pelelangan menempatkan Roatex yang beralamat H-1055 Budapest, Falk Miksa Str. VI/5 Hungaria pada peringkat pertama hasil lelang menyingkirkan Konsorsium NTS yang terdiri atas PT Nusantara Telematic System, PJSC Mostotrest, dan Service Telematics LLC di urutan kedua.
“Bersama ini kami sampaikan Penetapan Hasil Evaluasi Sampul II pada pelelangan …. Nilai Investasi (yang diusulkan oleh Peserta Lelang Peringkat Kesatu) Rp 6.451.021 juta,” tulis panitia pelelangan.
Sesuai dengan ketentuan pada request for proposal (RfP), peserta pelelangan yang berkeberatan atas daftar peringkat yang telah diumumkan oleh panitia, mereka diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis kepada penanggung jawab proyek kerja sama dengan tembusan kepada Kepala BPJT disertai bukti-bukti yang mendukung sanggahan tersebut paling lambat 5 hari kerja atau pada Selasa, 12 Januari 2021, pukul 16:00 WIB.
Proyek MLFF merupakan teknologi transaksi tol nontunai nirsentuh dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem transaksi dan pelayanan di jalan tol.
Baca Juga
Proyek ini akan diimplementasikan di jalan tol sepanjang 1.713 kilometer dengan nilai investasi Rp4,06 triliun. Pemrakarsa proyek tersebut yaitu Roatex Ltd. Zrt., National Toll Payment Service Plc., MFB Hungarian Development Bank.
Sebelumnya, Direktur Perumusan Kebijakan dan Evaluasi Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR Herry T.Z. menuturkan bahwa nantinya penerapan teknologi global navigation satellite system (GNSS) akan dilakukan secara bertahap.
Pasalnya, teknologi yang berbasis satelit ini didasarkan pada pangkalan data kendaraan.
"Jadi, pada tahap awal usulannya pakai RFID [radio frequency identification] untuk proses registrasi [data pengguna]. Setelah semua 100 persen, baru pindah ke GNSS," ujarnya, beberapa waktu lalu.