Bisnis.com, JAKARTA — Industri plastik mulai bergegas menyiapkan pemenuhan order menghadapi momentum Ramadan dan Lebaran yang kurang lebih tinggal 100 hari lagi.
Hal itu sejalan dengan industri makanan dan minuman yang saat ini mengklaim sudah banyak mendapat order dari ritel modern untuk stok Ramadan dan Lebaran.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan sayangnya saat ini industri memiliki kendala untuk bahan baku politeilena dan polipropilena yang terhambat akibat kelangkaan kontainer. Untuk itu, pemasok domestik sangat menjadi andalan.
Kondisi di atas juga cukup menghambat kegiatan ekspor, bahkan sekitar 30.000 bahan baku yang seharusnya dikirim ke luar negeri saat ini dalam posisi penjadwalan ulang. Namun, kememungkinan adanya pembatalan ekspor juga bisa terjadi jika permintaan domestik terus meningkat.
"Memang jadinya sempat ngos-ngosan memenuhi permintaan seperti karung, kemarin, tetapi di dalam negeri sejauh ini masih bisa memenuhi apalagi kami kemarin tidak ada periode maintenance dan shutdown. Sehingga jadwal Januari produksi, Februari delivery, dan penjualan pada Maret diharapkan berjalan lancar," katanya kepada Bisnis, Selasa (5/1/2021).
Fajar mengemukakan jika proses produksi dan distribusi bisa berjalan sesuai rencana, ditambah dukungan daya beli baik dari masyarakat kelas bawah melalui bantuan sosial dan kelas menengah atas sudah berani melakukan belanja maka utilisasi plastik diharapkan kembali seperti sebelum masa pandemi Covid-19.
Baca Juga
Saat ini utilisasi produk kemasan berada dikisaran 60-70 persen akibat produk kantongan yang sempat melandai karena pembatasan di sejumlah daerah. Namun, penurunan di atas telah dikompensasi dengan permintaan rigit packaging seperti untuk kemasan handsanitazer meningkat.
Menurut Fajar, periode Ramadan dan Lebaran tahun ini akan menjadi sangat penting untuk pemulihan industri selanjutnya. Alhasil, protokol kesehatan harus benar-benar dijaga oleh semua masyarakat agar aktivitas mulai kembali bergerak dengan tidak menambah tinggi kasus Covid-19.
"Jadi kalau Ramadan dan Lebaran bisa sesuai harapan kita akan bisa tancap gas lagi, jadi tidak boleh kehilangan momen itu agar utilisasi paling tida dikisaran 75-80 persen lagi. Tentunya juga sembari berharap proses vaksinasi berjalan lancar," ujar Fajar.
Sementara itu, Asosiasi Industri Plastik Hilir Indonesia (Aphindo) menyatakan tahun ini industri kemasan plastik dapat kembali tumbuh positif. Walakin, pertumbuhan tersebut belum dapat mengembalikan performa pabrikan seperti pra-pandemi.
Ketua Umum Aphindo Tjokro optimistis performa industri hilir plastik akan tumbuh sekitar 5-4 persen secara tahunan pada 2021. Adapun, tren pertumbuhan diramalkan akan dimulai pada kuartal II/2020. "Skenario kedua, kalau tersendat, pertumbuhan [volume produksi] bisa 2-2,5 persen. Itu semua tergantung pada vaksin ini. Efektivitasnya sampai mana setelah dilakukan," katanya.
Namun demikian, pertumbuhan tersebut belum dapat mengembalikan performa industri hilir plastik kembali ke posisi 2019. Pasalnya, Tjokro mencatat volume produksi industri hilir plastik anjlok sekitar 10-20 persen.
Walaupun demikian, Tjokro menyatakan masih ada pertumbuhan produksi pada salah satu jenis kemasan plastik, yaitu kemasan hand sanitizer. Menurutnya, volume produksi segmen tersebut naik setidaknya 100 persen.