Bisnis.com, JAKARTA- PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) dikabarkan sedang mendiskusikan rencana konsolidasi atau merger dengan PT Tokopedia (Tokped). Jika rencana konsolidasi dua startup paling bernilai di Indonesia dengan status decacorn dan unicorn ini terwujud, maka akan membentuk super ekosistem yang menguntungkan jutaan pelaku usaha di Indonesia.
Menurut sumber yang mengetahui isu tersebut seperti dikutip oleh Bloomberg, isu merger dua perusahaan ini mencuat persis menjelang rencana IPO bersama mereka di Bursa Saham Amerika Serikat dan Indonesia. Sumber itu menginformasikan bahwa penandatangan nota kesepahaman bahkan sudah dilakukan kedua startup raksasa itu.
“Saat ini keduanya tengah membahas potensi sinergi di antara kedua perusahaan. Mereka berharap dapat secepat mungkin menuntaskan perjanjian kerja sama itu,” ungkap sumber yang menolak disebutkan namanya tersebut.
Konsolidasi antara Gojek dan Tokped juga berpotensi membentuk perusahaan gabungan dengan valuasi lebih dari USD 18 miliar atau sekitar Rp 252 triliun (kurs Rp 14.000 per USD). Tahun lalu Gojek memiliki valuasi sekitar USD 10 miliar sementara Tokped memiliki valuasi bisnis lebih dari USD 7,5 miliar. Perusahaan baru itu juga akan menaungi beragam lini bisnis , mulai dari layanan transportasi daring dan digital payment hingga bisnis belanja online dan antaran, yang bisa dibaratkan gabungan lini usaha 4 perusahaan raksasa, seperti Uber Technologies Inc., PayPal Holdings Inc., Amazon.com Inc., dan DoorDash Inc.
Masih menurut sumber tersebut, rencana merger ini sebenarnya sudah pernah dibahas oleh Gojek dan Tokopedia tahun 2018. Apalagi jika ditilik lebih lanjut, Gojek dan Tokopeda ternyata didukung oleh investor yang sama, yakni Google, Temasek Holdings Pte dan Sequoia Capital India, sehingga rencana merger ini kemungkinan besar tidak akan kesulitan mendapat restu dari para investor.
Selain itu, secara regulasi, rencana merger ini diperkirakan juga akan berjalan mulus mengingat potensi hasil merger dua perusahaan beda segmen bisnis itu justru akan saling melengkapi sehingga menghasilkan entitas baru yang akan mampu memberikan pengalaman lebih baik bagi pengguna layanan digital di Indonesia.
Saat ini ekosistem bisnis Gojek menaungi lebih dari 1,5 juta mitra pengemudi dan lebih dari 900 ribu mitra UMKM. Perusahaan yang dirintis Nadiem Makarim ini juga telah memasuki fase penguatan fundamental berkat perubahan strategi yang mulai dilakukan tahun 2019.
Co-CEO Gojek Andre Soelistyo menyebut penguatan fundamental perusahaan di masa pandemi Covid 19 ini didukung oleh nilai transaksi di dalam platform Gojek group yang mencapai 12 miliar dollar AS atau setara Rp 170 triliun, meningkat 10 persen dibandingkan tahun lalu.
”Dengan portofolio produk yang semakin kuat, kami bisa mengembangkan pengguna bulanan Gojek hingga 38 juta di Asia tenggara. Gopay juga terus berkembang dimana banyak user Gopay gunakan buat transaksi di e-commerce, beli games dan transaksi harian lainnya. Nilai transaksi GoPay di masa pandemi bahkan sudah melampaui total nilai transaksi sebelum masa pandemi," ujarnya dalam peringatan HUT Gojek ke-10 secara daring, Kamis (12/11/2020).
Sementara itu total mitra Tokopedia juga terus meningkat selama masa pandemi Covid19. Jika di Januari 2020 jumlahnya sekitar 7,2 juta, pada Agustus 2020 sudah bertambah 2,5 juta mitra baru menjadi 9,2 juta mitra.
Konsolidasi Gojek dan Tokped akan memungkinkan lahirnya super ekosistem bisnis yang menaungi lebih dari 10 juta pelaku usaha menengah kecil atau UMKM. Merger dua perusahaan ini akan menciptakan banyak peluang baru bagi para pelaku usaha yang telah ada di masing-masing ekosistem.
Mengingat kedua perusahaan berada segmen bisnis yang tidak sejenis, merger ini juga akan menciptakan biaya konsolidasi yang lebih efisien dengan dampak ekonomi yang sangat besar.
Merger Gojek-Tokopedia merupakan langkah strategis yang akan menguntungkan banyak pihak, terutama untuk mendukung pemulihan ekonomi Indonesia akibat Covid19. Dengan ekosistem bisnis yang semakin besar tentu merger ini akan menghasilkan dampak ekonomi yang lebih besar dengan biaya yang lebih efisien.
Sebelumnya J.P. Morgan Sekuritas Indonesia dalam risetnya 6 Desember lalu menyebut ekonomi digital Indonesia saat ini berada di kisaran US$ 50 miliar. Angka ini setara dengan 5 persen GDP, dan kurang dari 10 persen kapitalisasi pasar modal.
JP Morgan juga menyatakan prospek bisnis digital yang kian membesar telah mendorong raksasa-raksasa teknologi di Amerika Serikat terus menambah investasinya di Indonesia. Seperti Microsoft yang menyuntik Bukalapak dan Google yang berinvestasi di Tokopedia.