Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan ritel Jepang terus menunjukkan penurunan dan harga konsumen merosot paling tajam selama satu dekade.
Penurunan tersebut terjadi di tengah anjloknya biaya energi dan peningkatan kasus baru sejingga membuat konsumen enggan berbelanja.
Berdasarkan data Kementerian Perekonomian Jepang, dikutip dari Bloomberg, Jumat (25/12/2020), penjualan ritel turun 2 persen. Padahal para analis memperkirakan penurunan sekitar 0,8 persen.
Dalam laporan terpisah, indeks harga konsumen, tidak termasuk makanan segar, turun 0,9 persen. Penurunan ini merupakan yang paling tajam sejak 2010 sehingga mengindikasikan adanya tren penurunan harga ke depan.
Data tersebut bisa jadi mengindikasikan tren pelemahan konsumsi masyarakat, dorongan utama bagi ekonomi Jepang untuk bangkit kembali. Tren itu juga diperkirakan memburuk akibat penambahan kasus Covid-19 yang terus naik sejak pertengahan November lalu dengan kasus baru melebihi 3.000 sepanjang dua hari terakhir.
“Melihat penambahan kasus Covid-19 yang semakin cepat, pemerintah harus mengutamakan pemulihan di sisi kesehatan. Itu tak ada sampai masyarakat bisa melakukan konsumsi tanpa ada perasaan takut,” kata ekonom Itochu Research Institute Atsushi Takeda.
Penambahan kasus Covid-19 ini juga memaksa Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menunda program insentif perjalanan saat pergantian tahun. Bahkan, dia meminta masyarakat lanjut usia untuk memakai masker ketika di rumah.