Bisnis.com, JAKARTA – Kejutan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang meminta perubahan pada rancangan undang-undang stimulus US$900 miliar diperkirakan bakal memicu reaksi negatif investor.
Dilansir Bloomberg, pasar bereaksi dengan hati-hati setelah Trump mengisyaratkan dia mungkin tidak menandatangani paket stimulus setelah menuntut alokasi yang lebih besar dan penghapusan beberapa elemen pada RUU tersebut.
Kontrak berjangka S&P 500 melemah 0,1 persen, sedangkan kontrak Euro Stoxx 50 juga melemah 0,1 persen.
Di Asia, mayoritas bursa saham bergerak di zona hijau. Indeks Shanghai Composite dan CSI 300 terpantau menguat masing-masing 0,62 persen dan 0,71 persen, sedangkan indeks Kospi dan Topix menguat 0,96 persen dan 0,23 persen.
Ancaman penundaan stimulus di AS membawa risiko lain bagi pasar setelah bursa mencapai rekor tertinggi pekan lalu. Investor sudah bergulat dengan pembicaraan antara Inggris dan Uni Eropa mengenai kesepakatan perdagangan, serta strain virus baru yang tampaknya lebih menular.
Analis pasar IG Asia Pte, Jingyi Pan, mengatakan kemungkinan penundaan ini akan menghantam sentimen investor dalam jangka pendek, mengingat pasar telah memberikan ekspektasi besar terhadap paket stimulus tersebut.
“Pada titik ini, sulit untuk mengatakan apakah penundaan akan datang dan berapa lama itu akan berlangsung, tetapi tidak diragukan lagi bahwa sentimen negatif tersebut akan sejalan dengan sejauh mana penundaan akan terjadi,” ungkap Jingyi, seperti dikutip Bloomberg.
Sementara itu, ahli strategi pasar JPMorgan Asset Management mengatakan belum dapat dipastikan apakah sikap Trump tersebut benar-benar akan menunda paket stimulus. Sehingga, investor cenderung bersikap wait and see.
“Penundaan akan membutuhkan evaluasi ulang terhadap sikap pasar saat ini dalam melihat data negatif untuk mengantisipasi stimulus ekonomi, mengingat sentimen konsumen yang lebih buruk dari perkiraan,” katanya.