Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah membuat sebagian besar sektor manufaktur di dalam negeri terseok-seok. Namun, industri kertas nasional masih mencetakkan performa seperti kondisi normal.
Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) memproyeksi total volume ekspor kertas sepanjang 2020 akan naik sekitar 24,3 persen secara tahunan menjadi 6,75 juta ton. Sementara itu, volume ekspor pulp diramalkan naik sekitar 19.87 persen menjadi 5,79 juta ton.
"Walaupun terjadi fluktuasi pada neraca perdagangan kerta dan pulp, keduanya masih surplus baik secara volume maupun nilai. Diharapkan tahun depan terjadi peningkatan, paling tidak ekspor pulp dan kertas naik sebesar 5 persen," kata Direktur Eksekutif APKI Liana Bratasida kepada Bisnis, Senin (21/12/2020).
Sepanjang 2020, net ekspor bubur kertas nasional mencapai 1,32 juta ton, sedangkan net ekspor kertas berhasil menyentuh level 5,94 juta ton. Namun, pertumbuhan performa volume ekspor tersebut diikuti dengan turunnya volume impor kertas daur ulang (KDU).
Liana menilai salah satu faktor penurunan volume impor KDU tersebut adalah pengetatan kebijakan impor KDU yang mengharuskan adanya bukti eksportir terdaftar (BET). Namun demikian, sebagian kedutaan besar di negara asal impor belum mampu mengesahkan BET lantaran prosedur standar pengesahan BET yang belum rampung.
Oleh karena itu, Liana menyarankan agar pemerintah dapat memperbaiki sistem pengangkutan sampah di dalam negeri. Langkah tersebut dapat membuat ketersediaan KDU di dalam negeri terjadi.
Baca Juga
"Sehingga dapat mendorong masyarakat agar melakukan pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Pemerintah juga diharapkan bisa membangun recycling center di beberapa daerah, dengan begitu ketersediaan skrap kertas [di dalam negeri] dapat meningkat," ucapnya.
Liana optimistis laju pertumbuhan industri kertas akan kembali normal pada 2021. Menurunnya, volume produksi industri bubur kertas akan meningkat 1,85 persen menjadi 11 juta ton, sementara itu volume produksi kertas naik 5 persen menjadi 14,28 juta ton.
"Peningkatan [volume produksi] terjadi karena beberapa pengusaha berencana melakukan investasi baru, seperti perluasan [pabrik], upgrading [mesin], debottlenecking, dan restrukturisasi pabrik," katanya.
Sebelumnya, Liana setidaknya telah menyiapkan masing-masing dua strategi di sisi produksi maupun bahan baku dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Dari sisi bahan baku, Liana menyatakan akan berusaha mempermudah ketersediaan bahan baku di dalam negeri melalui tiga cara. Salah satunya, APKI akan meminta relaksasi peraturan dan regulasi ketersediaan kertas daur ulang.
Adapun, skrap kertas impor menopang sekitar 50% dari kebutuhan bahan baku pabrikan kertas.
Seperti diketahui, pemerintah telah menginstruksikan agar impuritas skrap kertas impor berada di level 2%. Namun, minimnya aturan tertulis mengenai instruksi tersebut membuat lembaga penyurvei enggan memeriksa kontainer skrap kertas impor.