Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gak Kelar-Kelar, Uni Eropa Akui Perundingan Aturan Perikanan di Brexit Sulit

Inggris dan UE belah pihak telah saling tawar-menawar mengenai akses ke perairan satu sama lain untuk nelayan setelah 1 Januari mendatang. Namun, celah kesepakatan sempit.
Lambang Uni Eropa terpampang di depan gedung Parlemen Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (27/5/2020)./Bloomberg-Geert Vanden Wijngaert
Lambang Uni Eropa terpampang di depan gedung Parlemen Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (27/5/2020)./Bloomberg-Geert Vanden Wijngaert

Bisnis.com, JAKARTA - Inggris dan Uni Eropa memiliki dua minggu tersisa sebelum habis masa transisi Brexit pada 31 Desember 2020.

Presiden Uni Eropa (UE) Ursula von der Leyen mengatakan ada celah sempit bagi keduanya untuk mencapai kata sepakat, dengan persoalan akses perikanan masih mencari jalan keluar.

Setelah pembicaraan intensif selama berminggu-minggu, kedua belah pihak tetap terjebak pada hak penangkapan ikan dan seberapa jauh Inggris dapat menyimpang dari aturan UE.

"Beberapa hari ke depan akan menjadi hal yang menentukan. Sebagian besar [perundingan] sedang diselesaikan tetapi pembicaraan tentang penangkapan ikan tetap sulit," kata von der Leyen, dilansir BBC, Kamis (17/12/2020).

Kedua belah pihak telah saling tawar-menawar mengenai akses ke perairan satu sama lain untuk nelayan setelah 1 Januari mendatang. Von der Leyen mengaku pesimistis mengenai prospek pembicaraan pada tema itu.

"Sejujurnya, terkadang kami merasa bahwa kami tidak akan dapat menyelesaikan pertanyaan ini," lanjutnya.

Dia menambahkan bahwa Uni Eropa menghormati kedaulatan Inggris atas perairannya, tetapi membutuhkan prediktabilitas dan stabilitas untuk armada penangkap ikan Eropa.

Sementara itu Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan ada peluang untuk mencapai kesepakatan. Ada optimisme setelah kedua pihak beralih ke masalah perikanan, menandakan ganjalan "level of playing field" untuk bisnis sudah terlewati.

"Mereka hanya perlu memahami bahwa Inggris memiliki hak alami, seperti setiap negara lain, untuk dapat mengontrol hukumnya sendiri dan wilayah penangkapannya sendiri," kata Johnson.

Mengenai "level of playing field", dia mengatakan bahwa negosiator telah menyetujui mekanisme yang kuat untuk memastikan tidak ada pihak yang menurunkan standar lingkungan atau sosial mereka, yang dinilainya merupakan kemajuan besar.

Namun dia menambahkan perbedaan tetap ada mengenai bagaimana aturan bermain masa depan di bidang ini, meskipun ketidaksepakatan tentang bagaimana menegakkan kesepakatan, kini sedang diselesaikan.

"Kami telah membuat beberapa kemajuan di beberapa bidang, tetapi masih ada beberapa kesenjangan yang signifikan," kata juru bicara Johnson.

Von der Leyen juga melaporkan kemajuan di bidang lain yang terbukti kontroversial, yakni aturan yang disepakati tentang bagaimana dan kapan masing-masing pihak dapat memberikan subsidi pemerintah kepada perusahaan swasta.

Dia menegaskan bahwa kedua belah pihak kini mencoba untuk menyetujui prinsip umum untuk subsidi.

Pada tahap awal pembicaraan, UE telah bersikeras Inggris harus mengikuti aturan subsidi saat ini dan masa depan di bidang ini, permintaan yang ditolak oleh Inggris.

Sementara itu mengenai ratifikasi, Parlemen Inggris bersedia kembali ke ruang sidang pada pekan depan meski masa reses Natal dimulai hari ini.

Jika Inggris dan UE mengunci kesepakatan pada pekan ini, anggota dewan akan kembali ke Westminster untuk memberikan suara pada undang-undang yang mengesahkan kesepakatan Brexit.

Pemimpin Majelis Umum Parlemen Inggris, Jacob-Rees Mogg mengatakan Westminster idealnya membutuhkan enam hari untuk mengesahkan undang-undang semacam itu, tetapi periode ini dapat dipangkas jika mendesak. Parlemen Eropa juga juga harus melakukan ratifikasi sebelum ketentuan yang disepakati berlaku.

Para pemimpin Uni Eropa secara teori dapat memutuskan untuk sementara menerapkan perjanjian apa pun dan menahan suara ini setelah 31 Desember, tetapi itu akan menjadi tidak populer di kalangan anggota parlemen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper