Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI) menyatakan kelangkaan kontainer membuat waktu tunggu (lead time) pemesanan bahan baku makin lama. Selain itu, biaya logistik pengiriman bahan baku tersebut meningkat berkali lipat.
Ketua Umum ARFI Stephanus Koeswandi mengatakan kelangkaan kontainer saat ini membuat harga bahan baku impor produl roll forming meningkat sekitar 6-7 kali lipat. Minimnya ketersediaan kontainer di pelabuhan juga membuat beberapa kontrak impor bahan baku tidak bisa terselesaikan.
"Ternyata tidak bisa masuk [bahan baku impor tersebut] karena tidak ada kontainer. Ketika tidak ada kontainer pada kuartal IV/2020, banyak kontrak [impor bahan baku] yang dibatalkan," katanya kepada Bisnis, Jumat (11/12/2020).
Namun demikian, Stephanus berpendapat pemerintah harus mengutilisasi sisi positif dari fenomena tersebut, yakni meningkatnya volume serapan bahan baku lokal oleh industri roll former domestik. Stephanus menyarankan agar pemerintah tidak latah dalam mengeluarkan perizinan impor (PI) selama kelangkaan kontainer.
Pasalnya, penerbitan PI memiliki dampak terhadap industri hilir baja selama 12 bulan ke depan. Sementara itu, fenomena kelangkaan kontainer diramalkan akan berakhir pada kuartal II/2021.
"Kiranya bisa dipahami agar tetap dijaga [arus impor]. Sudah banyak impor-impor yang tadinya membanjiri Indoneisa, sekarang sudah bisa dibendung. Tapi, harus dijaga konsistensinya," ucapnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Stephanus mengatakan ada peningkatan permintaaan pada 3 bulan terakhir 2020 yang akan membuat utilisasi industri baja ringan ditutup di level 85 persen. Adapun, utilisasi industri baja ringan dan atap baja berda di posisi 30 persen pada April-Mei 2020.
"[Untuk kuartal IV/2020] pembiayaanya kombinasi, dari pasar modal dan kredit perbankan. Tapi, kalau full menggunakan kredit bank, [produk industri komponen konstruksi] tidak bisa kompetitif juga," katanya.
Stephanus memprediksi peningkatan pada akhir 2020 didorong oleh dilanjutkannya proyek-proyek strategis pemerintah dan pembangunan rumah darurat bencana di beberapa provinsi. Namun demikian, Stephanus menduga peningkatan pada kuartal IV/2020 juga akan didorong oleh permintaan pasar global.
Menurutnya, permintaan dari negara produsen baja, seperti China, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang, akan meningkat padakaurtal IV/2020. Adapun, peningkatan tersebut disebabkan oleh penghentian produksi pabrikan di masing-masing negara karena pandemi Covid-19.
"Jadi, memang efeknya double. Tapi, harus dilihat, ujungnya hanya jadi stok atau dikonsumsi," ucapnya.