Bisnis.com, JAKARTA - Masalah ketidakseimbangan muatan dalam keberlangsungan tol laut dipandang akan terus berlanjut tanpa diiringi dengan upaya pengembangan ekonomi daerah.
Ketua DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, kehadiran tol laut sejatinya tidak hanya dipandang sebagai upaya untuk memangkas disparitas harga. Lebih dari itu, kehadiran fasilitas ini seharusnya bisa menjadi momen untuk meningkatkan potensi daerah.
“Masalah return cargo itu masalah lama. Yang kami harapkan sebenarnya dengan tol laut ini bisa mendorong perkembangan ekonomi daerah. Dengan demikian produktivitasnya meningkat dan muatan balik bisa seimbang,” kata Yukki saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (10/12/2020).
Dia memberi contoh pada berhasil dikirimkannya beras dari Manokwari ke Surabaya yang menandai potensi daerah untuk memberi pasokan barang unggul.
“Memang untuk meningkatkan produksi ini memerlukan waktu, oleh karena itu perlu kerja sama berbagai pihak. Tidak hanya pemerintah pusat, tetapi perlu komitmen pemerintah daerah,” lanjutnya.
Sejumlah daerah yang dilalui tol laut tercatat memiliki potensi barang masing-masing. Sebagai contoh, Merauke memiliki keunggulan produksi beras dan kopra, sementara Saumlaki dikenal unggul dengan produksi udang, tepung ikan, dan ikan beku.
Baca Juga
“Daerah tujuan pengiriman harus bisa mengembangkan potensinya. Kalau ada barang unggulan, itu yang dikirim. Kita tidak bisa hanya mengandalkan subsidi terus-menerus untuk masalah imbalance cargo ini,” katanya.