Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

API Siap Serap Tenaga Kerja yang Dirumahkan di Kuartal II/2021  

API memperkirakan hingga saat ini karyawan yang telah dirumahkan berjumlah 2 juta orang karena dampak pandemi Covid-19.
Pekerja perempuan memproduksi alat pelindung diri sebuah perusahaan garmen saat kunjungan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah di Jakarta, Rabu (1/7/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Pekerja perempuan memproduksi alat pelindung diri sebuah perusahaan garmen saat kunjungan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah di Jakarta, Rabu (1/7/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) melihat pasca kehadiran 1,2 juta vaksin Covid-19 masih belum cukup untuk memulihkan industri tekstil di Tanah Air.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman mengatakan bahwa pemerintah perlu mengimbangi dengan memacu faktor lain untuk dilakukan agar industri tersebut bisa pulih, bahkan tumbuh pesat.

“Pemerintah perlu memacu proteksi pasar dalam negeri, peningkatan daya beli masyarakat, kemudian membangun ekosistem industri dalam negeri yang kokoh. Artinya mulai dari bahan baku, terintegrasi dari hulu hingga hilir, agar supply chain terjaga,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (8/12/2020).

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa dampak terdekat dari hadirnya vaksin adalah mulai terserapnya kembali tenaga kerja yang sebelumnya dirumahkan. Dia mengatakan bahwa hingga saat ini estimasi karyawan yang telah dirumahkan berjumlah 2 juta orang karena dampak pandemi Covid-19.

“Hingga saat ini [Desember 2020] sudah setengahnya [1 juta] mulai kembali bekerja. Dan sisanya hingga akhir 2021. Kami akan mulai serap kembali di kuartal II/2021 dan secara bertahap,” katanya.

Namun, Rizal belum bisa mengatakan dengan rinci skema dari berapa jumlah pekerja yang akan diserap kembali secara bertahap.

Menurutnya, industri akan makin cepat menyerap tenaga kerja, bila permintaan akan barang dalam negeri makin tinggi. Meski demikian, dia meyakini bahwa ancaman produk impor masih menghantui.

“Cinta produk dalam negeri itu yang perlu dikuatkan, kalau impor banyak sulit bergerak industri ini. Proteksi pasar dalam negeri dan substitusi bahan baku adalah kuncinya agar industri bisa tumbuh dan tenaga kerja cepat terserap,” ujar Rizal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper