Bisnis.com, JAKARTA - Krisis Covid-19 bisa lebih buruk daripada periode Resesi Hebat atau Great Recession untuk perusahaan yang memiliki tingkat utang tinggi pada awal wabah.
Kristian Blickle dan João Santos, ekonom Federal Reserve Bank di New York, mengatakan perusahaan di industri yang paling terpengaruh oleh pandemi seperti pariwisata, perjalanan, dan perhotelan dapat tumbuh 10 persen lebih lambat daripada biasanya jika krisis saat ini terjadi dengan cara yang mirip dengan penurunan ekonomi 2007 hingga 2009.
Penelitian dari kedua ekonom tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat utang yang lebih tinggi mengalami pertumbuhan 3 persen lebih lambat selama Resesi Hebat dibandingkan dengan perusahaan sejenis yang memiliki utang yang lebih sedikit. Kesenjangan antara kedua kelompok mendekati 2 persen pada kondisi normal.
Kontraksi yang lebih tajam dalam pertumbuhan yang dapat terjadi selama krisis Covid-19 disebabkan oleh efek gabungan dari rekor tingkat utang perusahaan pada awal pandemi dan penurunan pendapatan yang tajam selama 2020.
"Wabah Covid-19 berpotensi memiliki efek yang lebih besar pada ekonomi melalui saluran utang yang menggantung daripada apa yang kami identifikasi dalam Resesi Hebat," tulis para ekonom, dilansir Bloomberg, Rabu (2/12/2020).
Banyak perusahaan paling ikonik di Amerika Serikat, mulai dari Boeing Co., Carnival Corp., Delta Air Lines Inc. hingga Exxon Mobil Corp. dan Macy's Inc. tidak berpenghasilan cukup untuk menutupi biaya bunga setelah meminjam miliaran dolar selama beberapa bulan terakhir untuk membantu mereka melalui masa pandemi.
Beban utang yang besar dapat menghambat kemampuan perusahaan meminjam lebih banyak untuk mendanai investasi yang bermanfaat, masalah yang oleh para ekonom disebut debt overhang.
Kepemilikan utang perusahaan yang terfragmentasi dapat semakin meningkatkan biaya utang yang membengkak selama krisis. Sementara itu, perusahaan kecil yang sangat tertekan mungkin merasa lebih sulit memanfaatkan proses kebangkrutan untuk meringankan beban utang mereka.