Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan maskapai penerbangan Tanah Air diharapkan dapat menambah frekuensi penerbangan seiring dengan tren peningkatan kunjungan wisatawan yang terus berlangsung.
Menurut Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Hari Santosa Sungkari, penambahan frekuensi penerbangan perlu dilakukan karena menjadi kendala bagi sejumlah konsumen yang ingin berwisata.
"Memang, sekarang penerbangan itu menjadi kendala. Beberapa kali penerbangan terhambat oleh keterbatasan jadwal. Mungkin maskapai belum berani buka banyak rute karena kondisi yang belum kondusif dari Covid-19," ujar Hari kepada Bisnis.com, Selasa (1/12/2020).
Hari mengungkapkan pada pekan lalu Dinas Pariwisata Provinsi Bali mengalami kenaikan secara bulanan pada November 2020 sebesar 37 persen untuk kedatangan di Bandara Ngurah Rai.
Peningkatan tersebut seiring dengan laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang meningkat 5,36 poin dari September 2020 menjadi 37,48 persen pada Oktober 2020.
Tren tersebut, lanjut Hari, bisa menjadi pertimbangan bagi maskapai untuk menambah jumlah frekuensi penerbangan dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Baca Juga
Selain itu, kepercayaan diri masyarakat untuk bepergian dengan pesawat disebut turut mengalami peningkatan seiring dengan penerapan protokol serta adanya peningkatan kualitas sirkulasi udara di pesawat.
Saat ini, ujar Hari, minat wisatawan domestik untuk melakukan liburan mulai meningkat. Terutama, setelah menahan diri selama kurang lebih 8 bulan, masyarakat diyakini memiliki tabungan untuk berwisata.
Terkait dengan kondisi tersebut, pelaku industri penerbangan diminta tidak kembali mengurangi harga tiket pesawat. Hal tersebut dinilai perlu dilakukan demi menjaga kesehatan industri penerbangan.