Bisnis.com, JAKARTA - Angka penjualan biji kedelai Amerika Serikat mencatatkan capaian terendah dalam dua bulan terakhir setelah terjadinya pembatalan pesanan dari sejumlah negara.
Dilansir dari Bloomberg pada Sabtu (28/11/2020), data dari Departemen Agrikultur AS mencatat angka penjualan biji kedelai AS ke negara lainnya anjlok 42 persen selama sepekan terakhir. Nilai jual bersih biji kedelai hingga 19 November lalu tercatat sebesar 768.100 metrik ton, atau total ekspor kedelai terendah pada musim 2020/2021.
Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan sejumlah analis yang memprediksi rata-rata penjualan bersih biji kedelai sebesar 980.000 metrik ton. Pembatalan pengiriman menuju negara yang tidak diketahui tersebut mencapai 738.900 metrik ton.
Sementara itu, negara-negara utama tujuan ekspor biji kedelai AS diantaranya adalah China, Meksiko, Jerman, Indonesia, dan Mesir.
Sebelumnya, harga biji kedelai sempat menyentuh level tertingginya dalam enam tahun pada awal pekan ini di level US$12 per bushel. Hal tersebut terjadi seiring dengan kekhawatiran pelaku pasar terhadap siklus cuaca La Nina yang akan menghambat pasokan kedelai dan melonjaknya permintaan dari China pada tahun depan.
Adapun kenaikan harga komoditas ini juga membuat margin keuntungan perusahaan pemrosesan biji kedelai menjadi makanan ternak dan minyak sayur menjadi lebih rendah.
Salah satu faktor utama terjadinya penurunan harga adalah cuaca yang terjadi pada negara-negara penghasil biji kedelai, seperti Argentina. Cuaca di negeri Perak tersebut kemungkinan akan mengalami hujan deras dalam seminggu ke depan.
“Cuaca yang akan dialami Argentina semakin menambah sentimen bearish pada pasar biji kedelai global,” ujar analis komoditas Futures International, Terry Reilly dikutip dari Bloomberg.
Berbeda dengan Argentina, Brazil diperkirakan akan terus dilanda kekeringan dalam beberapa waktu ke depan. Cuaca ini terutama akan mempengaruhi wilayah selatan negara penghasil biji kedelai terbesar di dunia tersebut.
Analis EFG Group LLC Tom Fritz mengatakan, pasar biji kedelai cenderung mengalami aksi profit taking dari para pelaku saat mendekati level US$12 per bushel. Meski demikian, ia optimistis level harga tersebut masih terus dapat diuji hingga akhir tahun.
“Sentimen perayaan Thanksgiving di Amerika Serikat juga membuat pasar biji kedelai cenderung fluktuatif pada pekan ini,”ujarnya.