Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minim Banget! Baru 425 Industri TPT Masuk Platform Kemenperin

Hingga saat ini baru 425 industri yang masuk platform Indonesia Smart Textile Industry Hub atau ISTIH. Padahal platform tersebut dirilis guna mengoptimalisasi pengawasan data produksi dan konsumsi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri.
Pedagang menata kain tekstil dagangannya di Cipadu, Kota Tangerang, Banten, Kamis (16/4/2020). ANTARA.
Pedagang menata kain tekstil dagangannya di Cipadu, Kota Tangerang, Banten, Kamis (16/4/2020). ANTARA.

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian mencatat hingga saat ini baru 425 industri yang masuk dalam platform Indonesia Smart Textile Industry Hub atau ISTIH. Padahal platform tersebut dirilis guna mengoptimalisasi pengawasan data produksi dan konsumsi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh mengatakan pemerintah saat ini terus mendorong agar lebih banyak pelaku usaha TPT yang masuk dalam ISTIH. Pasalnya saat ini ada sekitar 6.000 pelaku usaha TPT di seluruh Indonesia.

"ISTIH ini bukan hanya platform yang mendata produksi hulu dan hilir tetapi dashboard TPT yang realtime dengan sistem marketplace untuk B2B," katanya dalam webinar Simposium Towards Responsible Supply Chain, Kamis (26/11/2020).

Elis mengemukakan ISTIH akan terus dioptimalisasi guna melancarkan target subtitusi impor industri TPT hingga 35 persen pada 2023 nanti. Tak hanya itu, ISTIH juga memungkinkan pemotongan rantai pasok bahan baku untuk industri kecil yang biasanya harus membeli melalui agen atau pedagang.

Alhasil, persoalan kontinuitas bahan baku industri hilir hingga keterbatasan akses dan informasi produsen hulu akan teratasi melalui ISTIH yang menjembatani keperluan industri. Di dalam ISTIH saat ini juga terdapat 150 industri produsen APD, masker, dan bahan baku masker.

"Pengembangan ISTIH juga akan membantu industri TPT dalam melakukan revolusi atau setting ulang akibat pandemi sehingga kita bisa mendudukkan kembali sebenarnya berapa kebutuhan impor kita yang memang tidak bisa dipenuhi dalam negeri," ujar Elis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper