Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) berharap volume produksi kertas setidaknya sama dengan 2019. Pasalnya, pandemi Covid-19 telah memaksa beberapa pabrikan menghentikan produksinya.
Ketua Umum APKI Aryan Warga Dalam mengatakan saat ini utilisasi industri kertas masih di kisaran level 90 persen. Namun demikian, ada beberapa pabrikan yang telah jatuh ke kisaran 80 persen dan terpaksa menghentikan proses produksinya.
"PT Kertas Nusantara, PT Kertas Kraft Aceh, dan PT Kertas Leces stop beroperasi. Begitu juga dengan industri kertas [lain] yang utilisasinya sekitar 80 persen," katanya kepada Bisnis, Selasa (17/11/2020).
Selain pandemi, Aryan menduga penurunan utilisasi di beberapa pabrikan juga disebabkan oleh munculnya pabrikan kertas baru yang menambah kapasitas terpasang industri kertas nasional. Selain itu, margin pabrikan pun terpukul dari sisi pasar global.
Pasalnya, ujar Aryan, nilai ekspor pulp dan kertas lokal turun di pasar global. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh harga pulp dan kertas yang anjlok sekitar 20-25 persen di pasar global.
Di samping itu, Aryan menyatakan tidak kondusifnya kebijakan impor limbah non berbahaya dan beracun (B3) membuat harga bahan baku naik. Aryan menilai aturan tersebut membuat kompetisi antar produsen kertas meningkat untuk mendapatkan bahan baku kertas daur ulang (KDU).
Baca Juga
"[Pabrikan kertas] satu sama lain bersaing ketat untuk mendapatkannya sehingga harga KDU coklat lokal meningkat sampai dengan Rp2.900 per kilogram, yang sebelumnya sekitar Rp2.000 per Kilogram," ucapnya.
Dengan kata lain, harga KDU lokal naik sekitar 45 persen sepanjang 2020. Oleh karena itu, Aryan berharap volume produksi kertas setidaknya bisa sama dengan realisasi 2019, yakni 13,6 juta ton.
Terpisah, Direktur Eksekutif APKI Liana Bratasida mengatakan volume produksi pulp akan naik sekitar 7 persen menjadi 10,8 juta ton pada akhir 2020, sedangkan volume produksi kertas diharapkan akan tumbuh 0 persen atau sama dengan realisasi 2019 di level 13,6 juta ton. Perlambatan produksi tersebut disebabkan oleh menurunnya permintaan kertas tulis selama pandemi Covid-19.
"Umumnya, industri dapat mencari alternatif dengan diversifikasi peralihan untuk produksi kertas sebagai penopang industri kesehatan seperti kertas tisu ataupun produksi masker. Dengan hal tersbut diharapkan juga utilisasi dan aktivitas perusahaan tetap terjaga produktivitasnya," katanya.
Liana berujar peralihan tersebut dilakukan lantaran permintaan kertas anjlok akibat tidak adanya aktivitas di sekolah dan wilayah perkantoran. Sementara itu, kertas untuk kebutuhan kemasan meningkat karena tingginya aktivitas belanja daring.
Adapun, peralihan produksi tersebut membutuhkan investasi tambahan. Pasalnya, mesin produksi kertas tulis tidak dapat memproduksi kertas tisu maupun kertas industri yang kerap dipakai untuk kemasan.
Namun, Liana optimistis laju pertumbuhan industri kertas akan kembali normal pada 2021. Menurutnya, volume produksi industri pulp akan meningkat 1,85 persen menjadi 11 juta ton, sementara itu volume produksi kertas naik 5 persen menjadi 14,28 juta ton.
"Peningkatan [volume produksi] terjadi karena beberapa pengusaha berencana melakukan investasi baru, seperti perluasan [pabrik], upgrading [mesin], debottlenecking, dan restrukturisasi pabrik," katanya.