Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garam Industri Masih Harus Impor, Ini Tiga Masalah Pasokan Lokal

Kementerian Perindustrian mengungkapkan tingginya angka impor garam itu untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri mengingat adanya masalah pasokan lokal saat ini.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita saat memantau langsung stok garam industri lokal yang diproduksi oleh PT Unichemcandi Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Kamis (8/10/2020). /Kemenperin
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita saat memantau langsung stok garam industri lokal yang diproduksi oleh PT Unichemcandi Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Kamis (8/10/2020). /Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian mengungkapkan tingginya angka impor garam itu untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri mengingat adanya masalah pasokan lokal saat ini.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan setidaknya ada tiga persoalan utama garam lokal yang mengakibatkan sulit diserap oleh industri.

Pertama, mutu garam yang dihasilkan petani masih belum dapat mencapai kadar NaCl>97%.

Kedua, garam lokal masih memiliki impuritas yang tinggi, produktivitas rendah, dan tindak terjamin kelancarannya.

Ketiga, industri pengolahan garam refinery masih sangat terbatas.

"Padahal kebutuhan industri [terhadap garam] cukup besar, tetapi dengan mengimpor [garam] saat ini terbukti masih memberi nilai ekonomi, dengan produk yang dihasilkan jauh lebih besar dari ekspor," katanya dalam Webinar Pangan BUMN, Kamis (12/11/2020).

Gati menyebut tiga industri besar pengguna garam saat ini adalah industri cap dari sektor petrokimia, pulp & kertas yang memiliki 11 perusahaan dengan 17.000 tenaga kerja. Industri ini tercatat mengimpor garam senilai US$85,4 juta tetapi memiliki nilai ekspor produk US$10,1 miliar pada tahun lalu.

Selanjutnya, industri aneka pangan yang terdiri dari 410 perusahaan dengan 877.000 tenaga kerja. Industri ini membutuhkan US$21,2 juta impor garam dengan nilai ekspor produk yang dihasilkan sebesar US$27,3 miliar pada tahun lalu.

Terakhir, ada industri Farmasi yang memiliki 206 perusahaan dengan 50.000 tenaga kerja. Industri ini tercatat menyerap garam impor sebesar US$0,3 juta dengan nilai ekspor produk US$0,4 miliar pada tahun lalu.

Untuk itu, menurut Gati, dibutuhkan berbagai upaya guna pengembangan dan penguatan daya saing produk industri garam. Di antaranya dengan pengawasan SNI, pembangunan dan perluasan pabrik pengolahan garam, peningkatan kapasitas refinery garam, mendorong investasi industri hilir.

Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) sebelumnya juga menyatakan investasi di industri pengolahan garam dinilai prospektif lantaran pertumbuhan industri kimia mencapai 5-8 persen per tahun dan industri mamin setidaknya tumbuh 5 persen per tahun.

"Untuk menjadikan dia [lebih] prospektif, pengadaan garam sebagai bahan baku diperlancar. Kalau lancar, industri yang menggunakan bahan baku akan tumbuh, dan investasinya akan tumbuh," kata Ketua Umum AIPGI Toni Tanduk.

Toni menilai pasokan bahan baku industri pengolah garam bisa berasal dari produk lokal maupun impor. Menurutnya, kapasitas produksi petambak garam nasional masih belum memenuhi permintaan industri pengolahan karena terhambat oleh masalah lahan dan cuaca.

Berdasarkan neraca garam 2020, volume garam impor berkontribusi hingga 50,29 persen dari ketersediaan garam baru tahun ini. Adapun, kebutuhan garam nasional tahun ini ni mencapai 4,46 juta ton dengan kebutuhan industri mencapai 83,86 persen atau 3,74 juta ton.

Toni berujar tingginya impor garam pada tahun ini karena garam lokal belum dapat memenuhi persyaratan sektor manufaktur.

Hingga akhir 2020, garam dari petambak domestik diramalkan akan mencapai 2,89 juta ton. Adapun, stok garam lokal dari tahun lalu mencapai 2,11 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper