Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Perunggasan Belum Kompetitif, Begini Penjelasan Indef

Impor untuk pakan unggas ini juga kian meningkat dari tahun ke tahun sehingga perlu dibicarakan strategi untuk meningkatkan kandungan lokal demi memangkas biaya.
Warga antre untuk mendapatkan ayam yang dibagikan secara gratis oleh Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) Jawa Tengah di Kota Solo, Jawa Tengah, Rabu (26/6/2019)./ANTARA-Maulana Surya
Warga antre untuk mendapatkan ayam yang dibagikan secara gratis oleh Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) Jawa Tengah di Kota Solo, Jawa Tengah, Rabu (26/6/2019)./ANTARA-Maulana Surya

Bisnis.com, JAKARTA — Industri perunggasan dinilai belum kompetitif hingga saat ini mengingat 66 persen alokasi produksi masih habis untuk biaya pakan.

Direktur Eksekutif Institute Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan bahwa struktur biaya produksi unggas khususnya untuk pakan yang tinggi dan ketergantungan pada tepung sebagai bahan substitusi yang juga harus diimpor. Keterbatasan sumber bahan baku lokal membuat industri belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.

"Ketergantungan pada bahan baku impor seperti bungkil kedelai, vitamin, dan lainnya. Hal itu membuat harga pakan berfluktuasi mengikuti kurs dolar dan harga pasar Internasional. Ini yang membuat ketidakstabilan dan sulit diprediksi," katanya dalam webinar, Rabu (11/11/2020).

Tauhid menuturkan bahwa impor untuk pakan unggas ini juga kian meningkat dari tahun ke tahun sehingga perlu dibicarakan strategi untuk meningkatkan kandungan lokal demi memangkas biaya.

Adapun selain persoalan pakan industri, perunggasan memang masih butuh perbaikan untuk didorong lebih kompetitif. Menurut Tauhid ada enam langkah yang bisa dilakukan.

Pertama, diperlukan kebijakan akan penyediaan data secara waktu nyata yang berbasis tiap-tiap pelaku industri perunggasan.

Kedua, pengaturan kembali peran tiap-tiap pemangku kepentingan dalam sinergitas keseimbangan pasokan dan permintaan ayam.

Ketiga, peningkatan efektivitas kebijakan dan efisiensi pakan dalam penyediaan pakan yang berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan.

Keempat, formulasi kembali kebutuhan suplai dan permintaan untuk setiap rantai nilai produk-produk perunggasan berbasis data yang clear dan clean, terutama importasi GPS.

Kelima, mendorong modernisasi industri perunggasan nasional dengan menatanya ke arah modern rantai pasok.

Keenam, mendorong lahirnya road map atau peta jalan industri perunggasan yang lebih kompetitif.

Menurut Tauhid, hal paling penting yakni adanya data keseimbangan pasokan dan permintaan terutama pada bibit ayam atau day old chicken (DOC). Hal itu guna menciptakan kebijakan yang tepat dan cepat.

Untuk itu, Tauhid juga menyarankan agar Kementerian Pertanian memiliki waktu nyata atau data termutakhir terkait industri perunggasan agar tidak kembali terjadi kelebihan produksi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper