Bisnis.com, JAKARTA – PT AirAsia Indonesia Tbk. masih mencatat jumlah penumpang yang dilayani turun sebesar 96 persen pada kuartal III/2020 menjadi 73.905 penumpang dibandingkan dengan pada kuartal III/2019 yang mencapai 2,04 juta.
Investor Relations PT AirAsia Indonesia Tbk. Anthony Jauw Waludin menjabarkan tingkat keterisian atau load factor juga turun sebesar 36 persen menjadi ke level 49 persen. Membandingkan dengan pada kuartal yang sama tahun lalu, load factor maskapai nasional tersebut mampu mencapai 85 persen.
Secara umum, kendati capaian kinerja tersebut masih kalah jauh dibandingkan dengan pada tahun lalu, tetapi jumlah penumpang pada kuartaL III/2020, telah mengalami pertumbuhan yang lebih baik atau tumbuh mencapai lebih dari 1.802 persen dibandingkan dengan kuartal II/2020.
“Saat kami melanjutkan lebih banyak penerbangan dan pembatasan perjalanan mulai mereda. Operasi perusahaan telah meningkat secara bertahap sejak dimulainya kembali 19 Juni tetapi tetap di bawah level pra-covid,” jelasnya, Rabu (11/11/2020).
Emiten berkode saham CMPP tersebut mengoperasikan 12 rute selama kuartal yang meliputi 5 rute internasional yaitu Kuala Lumpur-Jakarta, Surabaya-Kuala Lumpur, Kualanamu-Kuala Lumpur, Penang-Kualanamu dan Kuala Lumpur-Lombok.
Perusahaan juga mengoperasikan 20 penerbangan charter dengan total 5 pesawat dikerahkan selama kuartal ini.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian terlampir telah disusun dengan asumsi bahwa Kelompok Usaha akan melanjutkan kegiatan usahanya secara berkesinambungan.
Kendati pendapatan dan hasil usaha Kelompok Usaha menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tetapi masih mengalami rugi komprehensif konsolidasian sebesar Rp1,876 triliun dan arus kas positif dari aktivitas operasi sebesar Rp288 miliar hingga periode 30 September 2020, serta melaporkan akumulasi rugi konsolidasian sebesar Rp8,2 triliun.
Sejak awal 2020, kegiatan usaha Kelompok Usaha telah, dan mungkin terus dipengaruhi oleh penyebaran Covid-19. Perpanjangan penyebaran wabah dapat berdampak fatal pada perekonomian Indonesia dan Kelompok Usaha.
Keharusan melakukan pembatasan sosial serta pembatasan perjalanan diperkirakan akan mengakibatkan penurunan yang signifikan dalam pasar perjalanan udara. Pada saat ini, masih terdapat ketidakpastian atas waktu pemulihan industri penerbangan.
Perseroan mengantisipasi terjadinya efek yang merugikan kinerja keuangan Kelompok Usaha, diantaranya dengan mengimplementasikan rencana-rencana penghematan biaya yang telah dilaksanakan dan akan terus diimplementasikan sampai saat pemulihan situasi bisnis untuk menjaga kesinambungan usaha, seperti pengurangan gaji, serta pengurangan pada acara, sponsor, dan biaya biaya pemasaran.
Selain itu juga bekerja sama dengan Grup AirAsia untuk negosiasi ulang biaya dengan vendor-vendor. Optimalisasi kapasitas pesawat.
Lebih lanjut, Kelompok Usaha mendapatkan surat pernyataan dukungan keuangan dari AirAsia Group Berhad yang menyatakan bahwa mereka akan terus memberikan dukungan keuangan yang diperlukan untuk menjalankan usaha.
Laporan keuangan konsolidasian terlampir telah disusun dengan asumsi bahwa Kelompok Usaha akan melanjutkan kegiatan usahanya secara berkesinambungan.
Walaupun pendapatan dan hasil usaha Kelompok Usaha menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Kelompok Usaha masih mengalami rugi komprehensif konsolidasian sebesar Rp1,876 triliun dan arus kas positif dari aktivitas operasi sebesar Rp288 miliar untuk tahun yang berakhir pada tanggal 30 September 2020, serta melaporkan akumulasi rugi konsolidasian sebesar Rp8,2 triliun.