Bisnis.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II optimistis penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) di bandara yang dikelolanya bisa mencapai 10 persen dari total konsumsi listrik bersumber dari PLN dalam waktu 2 tahun mendatang.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan implementasi EBT ini juga merupakan strategi perseroan di dalam mengimplementasikan Business Survival Initiatives di tengah pandemi, serta melakukan optimalisasi melalui pivoting business atau mencari peluang yang ada.
"Dalam 2 tahun mendatang, kami menargetkan penggunaan EBT di bandara-bandara dapat mencapai 10 persen dari total konsumsi listrik," kata Awaluddin, Kamis (5/11/2020).
Saat ini, AP II telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) tentang Kajian Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan PT Len Industri.
Dia menuturkan kajian teknis sudah disiapkan untuk implementasi EBT di tiga bandara yakni Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Bandara Kualanamu di Deli Serdang, dan Bandara Banyuwangi. Kajian teknis diharapkan sudah usai pada akhir tahun ini.
Adapun, lanjutnya, tujuan penggunaan EBT di bandara yang dikelola AP II adalah melengkapi sumber listrik dari PLN, meminimalkan biaya konsumsi listrik, dan menerapkan konsep green airport. Misalnya di Bandara Soekarno-Hatta, penggunaan EBT sebesar 10 persen dari kebutuhan saja itu sudah sebesar 6,5 megawatt. Itu sudah termasuk cukup besar untuk penggunaan EBT.
Baca Juga
Awaluddin menuturkan di kawasan Bandara Soekarno-Hatta saat ini sudah terpasang PLTS tepatnya di gedung Airport Operation Control Center (AOCC). Sebanyak 720 solar panel system dengan photovoltaics berkapasitas maksimal 241 kilo watt per peak (kWp) dipasang di atap gedung guna mengaliri listrik ke peralatan-peralatan canggih di AOCC.
AOCC sendiri memiliki peran sangat vital dalam menjamin kelancaran operasional di Bandara Soekarno-Hatta.