Bisnis.com, JAKARTA - Pasokan cabai diklaim sudah mulai berkurang akibat musim hujan dan petani yang mengalami keterbatasan modal.
Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid tidak menampik bahwa pasokan cabai kian berkurang karena penanaman yang sulit kala musim hujan. Selain itu, banyak petani yang enggan menanam karena keterbatasan modal lantaran kerap merugi akibat lemahnya permintaan.
“Kami sudah merugi sejak Maret karena daya beli lemah. Harga baru mulai naik Oktober, jadi yang punya modal saja yang bisa menanam,” ujar Abdul, Selasa (3/11/2020).
Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai tingkat inflasi Oktober, kenaikan harga pada cabai dan bawang merah menjadi salah satu penyumbang utama inflasi. Masing-masing dengan andil sebesar 0,09 persen pada cabai dan 0,02 persen pada bawang merah.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan kenaikan harga cabai merah terjadi di 82 kota yang indeks harga konsumennya dipantau oleh BPS. Cuaca yang tidak terlalu berpihak pada panen menjadi salah satu faktor yang memicu kenaikan harga.
Harga cabai merah besar menurut laporan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) menunjukkan tren kenaikan sejak awal Oktober. Harga rata-rata cabai terpantau berada di level Rp38.200 per kilogram (kg) pada pekan pertama Oktober. Per hari ini, harga cabai telah berada di angka Rp43.850 per kg.
Baca Juga
Harga bawang merah pun memperlihatkan kenaikan serupa. Pada awal Oktober, harga bawang merah Rp30.250 per kg dan kini menyentuh Rp35.850 per kg.
Prognosis yang disusun Kementerian Pertanian memperkirakan bahwa pasokan bawang merah bakal memadai sampai akhir tahun dengan pasokan selama September-Desember sebesar 361.915 ton dan kebutuhan 327.528 ton. Dengan demikian, terdapat surplus 34.478 ton.
Sementara untuk cabai besar, potensi pasokan diperkirakan mencapai 347.267 ton dan kebutuhan 335.186 ton atau surplus 12.082 ton.