Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah mendorong adanya koridor perjalanan aman dan sehat dari Covid-19 atau travel bubble dalam rangka pemulihan ekonomi antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS).
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bertemu dengan para pimpinan perusahaan AS yang merupakan delegasi US-ASEAN Business Council (US-ABC) untuk membahas peluang kerjasama dan investasi di Indonesia, khususnya di sektor transportasi dan konektivitas.
Dalam pertemuan pada Senin (19/10/2020) tersebut, dia mendorong terciptanya konektivitas transportasi antara Indonesia dan Amerika Serikat melalui “travel bubble” atau koridor perjalanan yang aman dan sehat dalam rangka upaya pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19, terutama bagi kalangan bisnis.
“Indonesia telah membuat koridor perjalanan dengan Tiongkok, Korea Selatan beserta Singapura. Untuk itu kami juga mendorong terciptanya koridor perjalanan yang aman antara Indonesia dan Amerika Serikat serta berbagai negara lainnya dalam rangka bisnis dan pemulihan ekonomi,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Rabu (21/10/2020).
Lebih lanjut, Budi berharap AS dapat terlibat dalam pembahasan kerangka kerja sama Asean untuk mendukung pemulihan ekonomi baik di Indonesia maupun global.
Budi membahas hal lainnya terkait upaya pemerintah menangani pandemi Covid-19, strategi pemulihan, pengembangan SDM Sektor Transportasi, dan rencana pemindahan Ibukota Negara di Kalimantan Timur.
Baca Juga
Dalam pertemuan tersebut, hadir para pimpinan 30 perusahaan terkemuka Amerika Serikat, dengan pimpinan delegasi antara lain : US-ABC Chairman, President and CEO Mr.Alexander C. Feldman, US-ABC Senior Vice President and Regional Managing Director Ambassador Michael W. Michalak, dan Indonesia Committee Chair (CEO Citi Indonesia) Hotman Simbolon, Landry Subianto (Chief Representative US-ABC Indonesia), dan Joe Donovan (mantan Dubes AS untuk Indonesia).
Beberapa perusahaan yang ikut serta antara lain ExxonMobil, Freeport Mcmoran, HM Sampoerna, 3M, Amazon, Apple, Cisco, Fedex, Jhpiego, Johnson & Johnson, Loon, MSD, Oracle, Qualcomm, S&P Global, Salesforce, UL, UPS serta Visa