Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Residensial Hong Kong Diprediksi Tertekan Hingga Akhir 2020

Pasar properti residensial Hong Kong masih bakak menghadapi masa sulit hingga akhir tahun ini. banyak pemilik properti yang cenderung menawarkan insentif untuk menarik lebih banyak penyewa daripada mengurangi permintaan sewa.
Gemelap properti Hong Kong pada malam hari./Bloomberg/Paul Yeung
Gemelap properti Hong Kong pada malam hari./Bloomberg/Paul Yeung

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar properti residensial Hong Kong diperkirakan menghadapi situasi yang sulit pada kuartal IV tahun ini.

Senior Director of Research and Consultancy at Savills Simon Smith mengatakan para agen properti menyebutkan pasar sewa rumah akan menghadapi kuartal keempat yang sulit karena biasanya akan sepi minat pada kuartal IV. Terlebih lagi, saat ini situasi perekonomian tengah tak menentu.

Situasi ini akan terjadi dalam enam bulan mendatang yang tentu berdampak pada perumahan lokal. Hal ini dikarenakan beberapa bisnis masih bergantung pada pendanaan pemerintah.

"Pasar persewaan masih tampak sangat seimbang karena penyewa dan pemilik properti menghadapi prospek yang tidak pasti. Kami berharap kuartal terakhir tahun 2020 menghadirkan tantangan lebih lanjut," ujarnya dalam siaran pers PropertyGuru pada Senin (12/10/2020).

Dalam data yang diterbitkan oleh Departemen Pemeringkatan dan Penilaian pemerintah, indeks sewa turun 9,2 persen dari puncaknya pada 2019. Hal itu menunjukkan bahwa sewa bulanan untuk apartemen terus menurun.

Head of Residential Services Savills Aradhana Khemaney menuturkan untuk meningkatkan permintaan, pemilik tanah telah memberikan insentif selain pengurangan sewa.

"Pemilik tanah dan penyewa sedang belajar untuk mengatasi ketidakpastian saat ini dengan sewa satu tahun, serah terima lebih awal, dan periode bebas sewa," tuturnya.

Menurut Aradhana Khemaney, pada kuartal IV ini banyak tantangan, sehingga harga sewa akan semakin melemah.

Associate Director of Research and Consultancy in Greater China Knight Frank Martin Wong menambahkan pihaknya telah menyaksikan lebih banyak pemilik properti yang cenderung menawarkan insentif untuk menarik lebih banyak penyewa daripada mengurangi permintaan sewa.

"Harga masih akan berada di bawah tekanan karena faktor-faktor yang tidak menguntungkan yang berlarut-larut, termasuk ekonomi yang lemah dan tingkat pengangguran yang meningkat, yang mungkin mengikis keterjangkauan dari waktu ke waktu," ujarnya.

Namun, sektor properti secara keseluruhan mulai mendapatkan kembali momentumnya. Total volume transaksi properti, termasuk rumah, ritel, ruang parkir, properti komersial dan industri akan mencapai 6.500 pada September, naik 20,6 persen dari Agustus.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper