Bisnis.com, JAKARTA – Pasar properti komersial Singapura bangkit kembali, dengan minat dan aktivitas pulih selama kuartal III Juli hingga September ini dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Meski begitu, secara keseluruhan, penjualan investasi—yang didefinisikan sebagai transaksi senilai Sin$10 juta dan lebih—di negara kota itu masih turun 55,1 persen yoy menjadi sekitar Sin$4,4 miliar.
Ini sesuai dengan laporan kuartal III/2020 Knight Frank yang diterbitkan pada Jumat (9/10/2020), yang juga mencatat tidak ada transaksi yang diselesaikan di sektor publik selama 3 bulan karena tidak ada lokasi yang dijual di bawah program penjualan tanah pemerintah.
Penjualan investasi komersial di negeri jiran itu disebutkan melonjak hingga 96,4 persen qtq menjadi sekitar Sin$ 3,3 miliar.
Kesepakatan komersial yang signifikan dapat dipahami karena pada kuartal III ekonomi mulai dibuka kembali setelah sebelumnya diberlakukan pembatasan terkait dengan pandemi Covid-19.
"Masih ada minat besar untuk properti komersial, terutama di kawasan pusat bisnis (central business district/CBD) dengan potensi bangunan yang ada yang memanfaatkan Skema Insentif CBD," tulis tim peneliti Knight Frank.
Baca Juga
Dalam laporannya, tim peneliti Knight Frank mengatakan bahwa meskipun ada wabah Covid-19, Singapura tetap menjadi tujuan menarik bagi investor asing karena lingkungan ekonomi dan politiknya yang relatif stabil yang tidak terpapar ketidakpastian geopolitik.
Mereka mengharapkan permintaan properti investasi di Singapura meningkat dalam beberapa bulan mendatang, karena investor ingin terus memanfaatkan peluang yang tersedia dan suku bunga rendah.