Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dipastikan akan mengalami resesi kuartal ketiga kali ini. Kondisi ini diperkuat dari indeks harga konsumen pada September mengalami deflasi.
Tren deflasi ini telah berlangsung sepanjang kuartal III/2020 atau sejak Juli 2020 dan mengambarkan kondisi daya beli yang melemah. Deflasi terjadi pada Juli sebesar 0,10 persen, Agustus 0,05 persen, dan September 0,05 persen.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono deflasi pada September masih dipengaruhi harga pangan. Kelompok tersebut terkontraksi didorong oleh pasokan yang tetap terjaga dan minimnya gangguan distribusi.
“Di saat yang bersamaan, permintaan domestik memang masih cenderung terbatas terutama akibat penerapan PSBB [pembatasan sosial berskala besar] jilid II di Jakarta dan kota-kota lainnya,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (1/10/2020).
Meski resesi, pemerintah masih optimistis pada 2021 ekonomi akan membaik. Pertumbuhan berdasarkan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pertumbuhan dipatok 5 persen.
Untuk mengejar target tersebut, program pemulihan ekonomi nasional (PEN) masih akan berlanjut tahun depan. Susi menjelaskan bahwa dalam APBN, anggaran perlindungan sosial dianggarkan Rp421,7 triliun.
Bantuan tersebut diarahkan untuk percepatan pemulihan sosial dan mendukung reformasi sistem perlindungan sosial secara bertahap. Dengan pemulihan ini, diharapkan kelas masyarakat menengah ke bawah dapat terjaga daya belinya.
Program perlindungan sosial di tahun 2021 merupakan lanjutan dari program-program di tahun 2020. Stimulus ini ditingkatan proses penyiapan administrasi.
“Terutama dalam hal penyempurnaan data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) dan perbaikan mekanisme penyaluran program perlindungan sosial. Serta penguatan monitoring dan evaluasi sehingga program dapat semakin tepat sasaran,” jelasnya.