Bisnis.com, JAKARTA -- Ketimpangan gender di Indonesia masih tinggi membuat perempuan sulit mendapatkan hak baik dari sisi sosial hingga ekonomi. Berdasarkan catatan Global Gender Gap Report, posisi Indonesia di 83 dari 153 negara.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Subandi mengatakan bahwa dari sisi ekonomi, kesenjangan kemiskinan antara perempuan dan laki-laki sangat timpang.
“Kemiskinan perempuan lebih tinggi hampir di semua tingkatan umur dan di hampir semua wilayah. Umur harapan hidup perempaun yang panjang mengalami periode kemiskian yang lama,” katanya melalui diskusi virtual, Senin (28/9/2020).
Subandi menjelaskan bahwa perempuan miskin untuk keluar dari zona tersebut makin berat. Akses mereka untuk hak atas kesamaan dan sumber daya terbatas.
Oleh karena itu, perlu dilakukan keberpihakan dalam bentuk kebijakan dan program yang mendukung perempuan miskin.
Karena program dan dukungan minim, mereka banyak yang tidak tercatat dalam perlindungan sosial. Selain itu perempuan miskin rentan menjadi pekerja migran dan menjadi korban kekerasan.
Di samping, itu pemerintah akan fokus pada reformasi perlindungan sosial melalui pemutakhiran data kemiskinan dan penyederhanaan program bantuan sosial dan jaminan sosial.
Upaya ini tambah Subandi, dilakukan dengan digitalisasi monograf desa untuk menjadi rujukan data penerima bantuan sosial dan jaminan sosial.
“Penyederhanaan itu juga dengan memastikan jenis-jenis perlindungan sosial yang disesuaikan kondisi warga. Penerima bantuan iuran akan difokuskan pada rentan, miskin, dan kronis. Diharapkan cakupan perlindungan sosial semakin baik dan tepat sasaran,” jelasnya.