Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan pengembang meminta pemerintah untuk dapat memperhatikan sektor properti. Hal ini dikarenakan konstribusi sektor properti terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih sangat rendah yakni sekitar 3 persen bila dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara.
Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan rendahnya mortgage sektor properti di Tanah Air salah satunya tidak semua kontruksi pembangunan properti masuk dalam real estat.
"Ada yang masuk dalam konstruksi dan ada yang masuk dalam sektor properti," ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (23/9/2020).
Padahal, sektor properti ini berdampak pada 174 sektor lainnya dan 3.500-an UMKM. Dia mencontohkan UMKM yang memproduksi kasur banyak pesanan karena sektor properti bergerak. "Ini perlu perhatian pemerintah untuk membantu menggerakkan sektor properti kembali," ucap Totok.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Properti Hendro Gondokusumo berpendapat agar pemerintah bisa lebih menaruh perhatian terhadap industri tersebut.
Terlebih, karena ada 175 sektor industri yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung dengan sektor properti.
Menurutnya, apabila sektor properti meningkat akan memiliki dampak langsung pada sektor yang berkaitan.
"Dengan kontribusi terhadap PDB yang masih kecil saja sektor properti nasional memiliki pengaruh yang demikian besar untuk industri ikutannya. Kami harapkan ke depan sektor ini mendapat perhatian lebih, apalagi berkaitan langsung tidak hanya dengan karyawan saja, tetapi dampaknya juga langsung bersentuhan dengan rakyat terutama kaitannya dengan perumahan," tuturnya.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Pahala Mansury mengatakan rasio mortgage atau rasio properti terhadap PDB Indonesia merupakan paling rendah di Asia Tenggara. Indonesia hanya 3,0 persen, lebih rendah dari Filipina yang 3,8 persen, Thailand 22,3 persen, Malaysia 38,4 persen, dan Singapura 44,8 persen.
Menurutnya, mortgage / PDB Indonesia yang sebesar 3 persen ini mengindikasikan bahwa masih banyak ruang bisnis untuk dikembangkan. Selain itu, menggambarkan perkembangan sektor perumahan Indonesia memang masih sangat tertinggal.