Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kontribusi Properti ke PDB Indonesia Minim, Terendah di Asia Tenggara

Sektor properti terhadap PDB Indonesia masih belum maksimal, bahkan persentasenya terendah di antara negara-negara Asia Tenggara.
Wajah properti Jakarta./Bisnis/Abdurachman
Wajah properti Jakarta./Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Kontribusi sektor properti terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia terendah bila dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Pahala Mansury mengatakan rasio mortgage atau rasio properti terhadap PDB Indonesia merupakan paling rendah di Asia Tenggara. Indonesia hanya 3,0 persen, lebih rendah dari Filipina yang 3,8 persen, Thailand 22,3 persen, Malaysia 38,4 persen, dan Singapura 44,8 persen.

"Kalau kita lihat, dibandingkan dengan negara-negara lainnya, misalnya diukur jumlah mortgage dengan PDB-nya, saat ini Indonesia masih sangat-sangat rendah," ujarnya dalam webinar Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI) pada Rabu (23/9/2020).

Menurutnya, mortgage / PDB Indonesia yang sebesar 3 persen ini mengindikasikan bahwa masih banyak ruang bisnis untuk dikembangkan. Selain itu, menggambarkan perkembangan sektor perumahan Indonesia memang masih sangat tertinggal.

Di Indonesia, sektor properti merupakan salah satu sektor multiplier effect domino pada 174 industri dan banyak menyerap tenaga kerja. Sektor properti merupakan domestic driven, atau sektor yang banyak memanfaatkan bahan baku dari dalam negeri.

"Artinya hampir keseluruhan bahan-bahan yang digunakan untuk pembangunan rumah, itu lebih dari 90 persen sudah diproduksi di Indonesia sehingga tentunya, sektor ini cukup strategis," ucapnya.

Di Indonesia masih banyak masyarakat yang membutuhkan rumah. Hal itu ditandai masih ada backlog sebesar 11,4 juta berdasarkan kepemilikan dan 7,6 juta berdasarkan hunian. Tentu masih besarnya backlog ini membuka peluang ekspansi bisnis properti dan menggerakkan 174 sektor lainnya.

Masih tingginya backlog ini juga menunjukkan masih tingginya ruang untuk penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR).

"Ini menunjukkan adanya prospek dan juga kebutuhan atau permintaan yang masih sangat tinggi. Prospek demand sangat tinggi terutama untuk kepemilikan rumah pertama yang masih rendah sehingga dibutuhkan rumah ukuran kecil dan menengah yang berada di kisaran Rp500 juta ke bawah," tutur Pahala.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper