Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jadi Hub, Bandara Juanda & Sam Ratulangi Harus Dipindahkan, Kenapa?

Potensi pengembangan Bandara Sam Ratulangi di Manado terbatas karena ada perbukitan sehingga meski landasan pacu diperpanjang, tetap saja tidak bisa didarati pesawat dengan kapasitas besar.
Terminal keberangkatan Bandara Juanda Surabaya, Jawa Timur, Kamis (7/2/2019)./Antara/Zabur Karuru
Terminal keberangkatan Bandara Juanda Surabaya, Jawa Timur, Kamis (7/2/2019)./Antara/Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA – PT Angkasa Pura I mencatat pengembangan Bandara Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara, dan Bandara Juanda di Surabaya, Jawa Timur, memiliki sejumlah kendala dari lokasi dan geografis ketika ditetapkan sebagai salah satu hub.

Direktur Utama AP I Faik Fahmi menjelaskan pemerintah harus memindahkan lokasi bandara tersebut ketika nantinya memang ditetapkan sebagai hub.

“Potensi pengembangannya terbatas karena ada perbukitan di Manado yang meski landasan pacu diperpanjang, tetap saja tidak bisa didarati pesawat dengan kapasitas besar. Peningkatan kapasitas sebagai dasar menjadi hub itu sulit. Ini menjadi kendala tersendiri,” ujarnya pada Senin (21/9/2020).

Mengenai Bandara Juanda, Faik menyebutkan meski dari sisi tingkat permintaan sangat baik, termasuk dalam bandara intra-sipil yang pengembangannya sulit dilakukan.

Terlebih lagi Bandara Juanda berlokasi di pusat kota. Potensi pengembangan lebih jauh menjadi sulit, karena karakteristik tanahnya yang tidak memenuhi syarat dan akan berbenturan dengan kepentingan militer.

“Jadi, mau tidak mau dipertimbangkan menggunakan bandara lain sebagai pengganti Juanda,” ungkapnya.

Sementara itu Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin menilai Bandara Soekarno-Hatta akan lebih layak sebagai bandara hub bisnis ketimbang pariwisata, selain tentunya penetapan bandara hub harus bisa memenuhi lima aspek.

Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan dalam menentukan bandara hub dan super hub telah mengerucut kepada lima aspek. Pertama posisi strategis bandara yang erat kaitannya dengan kawasan area pendukung.

Awal mengakui bandara Soetta akan kurang layak dari pergerakan turis dibandingkan dengan Bali. Tak hanya itu, dalam menentukan peran dari hub dan super hub juga perlu melihat dari negara-negara lainnya yang melibatkan maskapai nasionalnya dalam pergerakan.

Kemudian, kekuatan destinasi dan rute yang dimiliki oleh bandara. Awal menyebutkan dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, destinasi di Bandara Soetta baru mencapai 90. Angka ini tentu masih kalah jauh dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya yang tidak kurang dari 200 destinasi.

Selanjutnya yang tak kalah penting dengan kekuatan rute adalah infrastruktur bandara dari sisi udara dan darat.

“Kita sudah tetapkan hub, tapi jangan sampai kapasitas bermasalah. Kalau di Soetta sampai 2035 trafik 100 juta dan mentok, tapi kami sudah siapkan terminal 4, karena runway darat sudah tiga, sehingga sebagai hub bisnis trafik jadi layak, 100 juta penumpang dengan kondisi yang kami maksimalkan,” jelasnya.

Dampak penetapan hub dan super hub juga akan merubah konstelasi kebijakan yang sebelumnya tidak diakomodir dalam tatanan kebandarudaraan lewat permenhub no.39/2009. Selain tentunya kebijakan lainnya terkait bebas visa.

Dia juga menilai regulator akan lebih banyak memberikan insentif bagi maskapai dengan tarif avtur kompetitif supaya maskapai tertarik mendarat di bandara tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper