Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serapan Melemah, Produksi Semen Akhir Tahun Diproyeksi Menyusut

Konsumsi semen per Agustus 2020 lebih rendah dari realisasi Agustus 2019. Alhasil, produksi semen akhir tahun ini dipastikan tumbuh di zona merah.
Pekerja memindahkan semen untuk diangkut ke kapal di Pelabuhan Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (25/2). Kawasan timur Indonesia masih konsisten mencatatkan pertumbuhan konsumsi hingga 5 persen. /BISNIS.COm
Pekerja memindahkan semen untuk diangkut ke kapal di Pelabuhan Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (25/2). Kawasan timur Indonesia masih konsisten mencatatkan pertumbuhan konsumsi hingga 5 persen. /BISNIS.COm

Bisnis.com, JAKARTA - Konsumsi semen per Agustus 2020 lebih rendah dari realisasi Agustus 2019. Alhasil, produksi semen akhir tahun ini dipastikan tumbuh di zona merah.

Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mendata konsumsi semen nasional pada Bulan Kemerdekaan merosot 8,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 5,86 juta ton. Dengan kata lain, produksi semen pada bulan kedelapan 2020 lebih rendah sekitar 3,74 juta ton secara tahunan.

"Melihat kondisi bahwa sampai dengan Agustus 2020 permintaan masih defisit 2,34 juta ton, maka hanya ekspor yang bisa diharapkan untuk bisa mengurangi kekurangan [konsumsi] dalam negeri," ujar Ketua Umum ASI Widodo Santoso kepada Bisnis, Selasa (15/9/2020).

Widodo berpendapat berlanjutnya tren penurunan konsumsi hingga Agustus 2020 disebabkan oleh masih tertundanya proyek infrastruktur. Widodo meramalkan kegiatan pembangunan infrastruktur baru akan dimulai sekitar September-Oktober 2020.

Selain itu, permintaan semen untuk pembangunan wilayah perumahan masih belum menggeliat. Seperti diketahui, pembangunan perumahan mendominasi konsumsi semen nasional lebih dari 50 persen.

Akan tetapi, konsumsi semen per Agustus 2020 meningkat sekitar 7,5 persen jika dibandingkan dengan realisasi Juli 2020 yakni 5,3 juta ton. Sebelumnya, Widodo menyatakan produksi semen akhir 2020 akan anjlok lebih dari 5 persen jika tidak ada perbaikan sepanjang Agustus-Desember 2020.

Selama 8 bulan berjalan, konsumsi semen merosot 8,9 persen secara tahunan. Widodo menilai angka tersebut dapat turun lebih dalam menjadi minus 10 persen jika permintaan semen di dalam negeri tidak berada di zona hijau dalam 4 bulan terakhir menuju tutup tahun.

Adapun, wilayah Indonesia bagian timur masih konsisten mencatatkan pertumbuhan konsumsi hingga 5 persen. Konsumsi di Bali dan Nusa Tenggara naik 9,4 persen menjadi sekitar 377.000 ton, sementara itu di Maluku dan Papua melesat 9,4 persen menjadi 167.000 ton.

Walakin, konsumsi di Jawa dan Sumatra yang notabenenya menyumbang sekitar 70 persen dari konsumsi semen nasional masih minus. Serapan semen di Jawa turun 9 persen menjadi sekitar 3,29 juta ton, sedangkan di Sumatera merosot hingga 1,2 juta ton.

Namun demikian, secara presentasi penurunan terbesar terjadi di Kalimantan atau sebesar 17,9 persen secara tahunan menjadi 323.000 juta ton. Secara keseluruhan, konsumsi selama 8 bulan pertama 2020 mencapai 38,47 juta ton dengan utilisasi di kisaran 54 persen untuk produksi alokasi lokal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper