Bisnis.com, JAKARTA — Tata Steel Thailand memperkirakan pasar baja di Asean secara keseluruhan turun 2,1 persen menjadi 79,3 juta ton tahun ini. Negara Asean yang dimaksud Tata Steel Thailand (TSTH) adalah Thailand, Vietnam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Akan tetapi, kata Presiden dan Kepala Eksekutif TSTH Rajiv Mangal, perkiraan tersebut dapat berubah dan tergantung pada faktor-faktor seperti situasi Covid-19 dan pemulihan ekonomi di tiap-tiap negara.
Lantas bagaimana dengan konsumsi baja di Thailand, Vietnam, dan Indonesia?
Dibandingkan dengan Vietnam dan Indonesia, menurut TSTH seperti dikutip dari www.bangkokpost.com, Senin (14/9/2020), konsumsi baja di Thailand akan relatif rendah pada tahun ini.
TSTH memperkirakan konsumsi baja di Thailand turun 6,9 persen secara tahunan menjadi 17,8 juta ton tahun ini dikarenakan pandemi Covid-19, pasar yang lesu, persaingan yang ketat, dan impor baja murah dari China dan Vietnam. Tahun lalu, konsumsi baja di Thailand tercatat 18,5 juta ton.
"Jika Thailand menghadapi gelombang kedua Covid-19, konsumsi baja akan terus turun menjadi 16,7 juta ton," kata Rajiv.
Baca Juga
Sementara itu, di Vietnam, TSTH memperkirakan konsumsi baja di sana meningkat 3,3 persen secara tahunan karena ekonominya terus berkembang, bahkan selama pandemi.
Sektor konstruksi Vietnam tumbuh sebesar 5,2 persen pada kuartal pertama tahun ini dan diperkirakan tetap bertumbuh tahun depan, didorong oleh proyek infrastruktur pemerintah.
Di Indonesia, kata TSTH, konsumsi baja diperkirakan meningkat 3,4 persen secara tahunan karena investasi dalam proyek infrastruktur dan pemulihan ekonomi di dalam negerinya akan mendorong pertumbuhan permintaan pada periode pasca-Covid-19.
Untuk tahun depan, TSTH memperkirakan konsumsi baja di Asean meningkat 5 persen menjadi 83,2 juta ton karena pertumbuhan permintaan di Vietnam dan Malaysia akan memainkan peran penting dalam membantu memperluas pasar baja.
Namun, dalam skala global, kata Mangal, permintaan baja akan mengalami penurunan pada 2021 di tengah perlambatan proyek konstruksi baru dan daya beli yang lemah akibat dampak Covid-19.
Meski begitu, konsumsi baja di China akan terus meningkat karena proyek pembangunan infrastruktur Beijing untuk mendorong perekonomian.