Bisnis.com, JAKARTA — Ekspor kayu lapis atau plywood ke Jepang mendapatkan pasar khusus karena memenuhi kualitas yang dipersyaratkan yakni JAS Factory.
Selain itu, kayu lapis Indonesia mempunyai nilai lebih karena memiliki sistem verifikasi dan legalitas kayu (SVLK).
Menurut Handjaja, Ketua Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo), melalui siaran pers, saat ini di Jepang produk kayu lapis Indonesia masih harus bersaing dengan produk sejenis dari China, Malaysia dan Filipina.
“Namun, pasar Jepang menjanjikan dan memberi tempat yang khusus bagi plywood Indonesia,” katanya saat diskusi daring Indonesia-Japan Virtual Forum on Wood Products; Meet The Demand and Supply of Plywood Products, Kamis (10/10/2020).
Data Apkindo menunjukkan bahwa Indonesia adalah eksportir kayu lapis nomor dua terbesar di dunia setelah China, dengan nilai ekspor kayu lapis ke seluruh dunia mencapai US$1,7 miliar pada 2019, dan devisa US$635 juta diperoleh dari ekspor ke Jepang.
Dalam kesempatan itu, Makoto Daimon dari Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang, menjelaskan bahwa ekspor produk kehutanan Indonesia ke Jepang masih terbuka dengan penerapan UU Perkayuan Jepang yang dikenal dengan Clean Wood Act.
Baca Juga
Namun, hal ini tidak menjadi masalah bagi produk-produk kehutanan Indonesia yang sudah menerapkan SVLK, yang juga sudah diakui oleh Uni Eropa sebagai FLEGT.
Sementara itu, Kiyota Okada, dari Institute for Global Environmental Strategies, menjelaskan bahwa ada peluang Indonesia untuk ekspor plywood karena produk dari Malaysia dan Filipina ke Jepang cenderung menurun karena kesulitan bahan baku.
Oleh karena itu, para pengusaha plywood Indonesia mengharapkan adanya kebijakan impor mesin tidak baru untuk industri ini, yang tengah disiapkan oleh pemerintah dapat segera terbit sehingga ekspor produk plywood Indonesia makin positif.
Atase Kehutanan KBRI Tokyo Riva Rovani menyebutkan bahwa ada potensi besar untuk meningkatkan lagi nilai ekspor plywood ke Jepang, tetapi diperlukan strategi lebih lanjut.
Dalam jangka panjang, lanjutnya, terdapat sejumlah produk plywood tertentu yang permintaannya makin meningkat di Jepang, seperti kayu ukuran tebal 2,4 mm, yang dikenal sebagai kayu lapis Usumono.
Selain itu, terdapat potensi ekspor untuk produk non-plywood, yaitu serpih kayu, parquet flooring dari kayu, dan arang kayu yang sangat dibutuhkan oleh konsumen Jepang saat ini.
“Oleh karena itu, industri kehutanan di Indonesia perlu segera melakukan diversifikasi produk kayunya,” kata Riva.