Bisnis.com, JAKARTA - Peredaran alas kaki di pasar sudah mulai mendekati keadaan normal per Agustus 2020. Walakin, peningkatan permintaan tersebut belum tertransmisikan ke aktivitas produksi di pabrikan.
Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mendata peredaran alas kaki di pasar ritel berada di posisi 50-75 persen menuju kondisi prapandemi Covid-19. Namun, utilisasi industri alas kaki nasional masih berada di bawah level 40 persen.
"Selama pandemi kemarin mereka [peritel] back-up stock-nya banyak. Mereka harus habiskan inventory dulu. Peningkatan permintaan di ritel belum langsung terkorelasi ke [utilisasi] industri," ujar Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakrie kepada Bisnis, Selasa (8/9/2020).
Walakin, Firman berharap utilisasi pabrikan akan mulai menanjak per September 2020. Pasalnya, permintaan alas kaki di pasar ritel diramalkan akan terus menanjak menuju kondisi normal pada akhir kuartal III/2020.
Firman menilai peningkatan permintaan di pasar ritel disebabkan oleh terealisasinya stimulus pendapatan ke masyarakat. Selain itu, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) juga mulai ada relaksasi.
Dengan kata lain, konsumen memiliki daya beli dan ruang gerak yang merangsang peningkatan konsumsi. "Kuncinya sebenarnya pada pergerakan aktivitas orang maupun ekonomi yang mendorong aktivitas belanja."
Baca Juga
Selain itu, pabrikan juga akan bersiap untuk memenuhi permintaan alas kaki pada pasar Natal dan akhir tahun 2020. Seperti diketahui, permintaan dan produksi pada industri alas kaki memiliki jarak sekitar 3 bulan.
Namun demikian, Firman meramalkan utilisasi industri alas kaki tidak akan serta-merta kembali ke kondisi normal setidaknya hingga tahun depan. Pasalnya, permintaan alas kaki di pasar ritel diramalkan baru akan kembali normal pada akhir kuartal IV/2020.
"Tapi, setidaknya sudah lebih bagus [dibandingkan awal pandemi]. Kalau normal 100 persen, tidak mungkin [terjadi pada akhir 2020]," ucapnya.
Seperti diketahui, utilisasi pabrik alas kaki berorientasi ekspor masih berada di kisaran 70-100 persen pada awal pandemi, sedangkan secara konsolidasi berada di level 70 persen. Namun, per Juli 2020 utilisasi pabrikan alas kaki berorientasi ekspor telah turun ke bawah level 50 persen.
Firman meramalkan nilai ekspor alas kaki masih akan positif hingga Agustus 2020. Namun demikian, pihaknya tidak dapat memastikan tren pertumbuhan positif tersebut dapat berlanjut lantaran kontrak ekspor alas kaki telah habis per Juni 2020.
"Kami tidak berharap ini membuat pemangku kepentingan menganggap industri alas kaki baik-baik saja karena masih bisa ikut menyelamatkan kondisi ekonomi nasional dengan aktivitas ekspor. Kondisi kami sama dengan sektor manufaktur lain yang juga terpukul akibat pandemi," ujarnya.
Hingga saat ini, Firman menyatakan pabrikan yang berorientasi ekspor maupun domestik masih belum melihat titik cerah. Menurutnya, September 2020 masih akan menjadi penentu pertumbuhan utilisasi pabrikan alas kaki.