Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gabah Berpotensi Terus Naik Sampai Akhir Tahun

Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso memastikan penugasan beras kepada Bulog tidak akan banyak memengaruhi bisnis penggilingan.
Petani menjemur gabah hasil panen di Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Abdurachman
Petani menjemur gabah hasil panen di Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA -- Harga gabah kering panen (GKP) diyakini bakal terus memperlihatkan tren kenaikan sampai akhir tahun. Permintaan beras pada periode ini pun akan turut dipengaruhi oleh penyaluran bantuan sosial beras kepada masyarakat.

Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengemukakan kenaikan harga beras pada musim kering dipengaruhi oleh tiga faktor utama.

Pertama, jumlah beras yang dipanen pada musim gadu cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan hasil panen pada musim rendeng yang jatuh pada Maret-April lalu. Dengan kebutuhan beras yang konstan di kisaran 2,5 juta ton per bulan, maka jumlah produksi yang lebih sedikit akan memengaruhi pergerakan harga.

Kedua, kualitas beras yang diproduksi pada masa ini cenderung lebih baik. Beras yang dihasilkan pada periode ini cenderung memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil produksi musim rendeng yang biasanya jatuh saat musim penghujan.

“Yang meminta beras ini jumlahnya cenderung tetap, tetapi panen tidak banyak lalu tidak ada panen lagi sampai awal tahun depan,” ujar Sutarto kepada Bisnis, Rabu (2/9/2020).

Alasan ketiga, Sutarto menyebutkan kualitas beras yang lebih baik dan potensi permintaan pada bulan-bulan ketika produksi minim membuat petani cenderung menyimpan hasil panennya sebagai stok. Dengan demikian, mereka bisa memetik keuntungan ketika stok di lapangan menipis.

“Tentunya gabah produksi musim rendeng [hujan] ini akan menjadi simpanan untuk digiling pada Oktober sampai Januari tahun depan, dari petani sudah seperti itu polanya,” papar dia.

Terlepas dari dinamika pasokan dan permintaan beras ini, Sutarto mengemukakan kehadiran bantuan sosial beras di lapangan berpotensi membuat permintaan di pasar bisa berkurang.

Dia pun memastikan penugasan beras kepada Bulog tidak akan banyak memengaruhi bisnis penggilingan karena permintaan tetap tersisa.

“Pasar nasional sebenarnya volumenya tetap, 2,7 juta ton setiap bulan. Jika sudah ada pasokan beras Bulog, ya mungkin akan ada yang menahan pembelian. Hal tersebut sudah jamak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper