Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Panen Raya, Mendagri Waspadai Beras Petani Diborong Pengusaha

Pemerintah mewaspadai adanya pedagang besar yang memborong beras petani di tengah panen raya saat ini.
Petani merontokkan padi hasil panen di areal persawahan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (18/10/2018)./JIBI-Rachman
Petani merontokkan padi hasil panen di areal persawahan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (18/10/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mewaspadai adanya pedagang besar yang memborong beras petani di tengah panen raya saat ini. Bulog diminta menyerap secara maksimal untuk kebutuhan stok cadangan beras pemerintah (CBP).

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengakui bahwa harga beras saat ini mulai melandai seiring terjadinya panen raya pada Maret-April 2024.

Namun, Tito menyampaikan kewaspadaannya terhadap aksi para pedagang besar yang berisiko memainkan harga dengan menahan stok berasnya.

Menurutnya, panen raya memungkin para pedagang besar maupun pabrik beras swasta memborong beras petani dengan harga murah dan menjualnya ke pasaran dengan harga mahal saat pasokan berkurang.

Oleh karena itu, dia meminta agar Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan Bulog untuk mengantisipasi adanya spekulan dalam rantai distribusi beras.

"Jangan sampai beras ini kemudian panen, tapi kemudian didorong oleh pedagang besar. Kemudian mereka ini menahan barang, sehingga ini menjadi percuma panennya," ujar Tito dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, dikutip secara virtual, Senin (22/4/2024).

Selain itu, Tito juga menekankan agar harga penjualan di tingkat petani tetapi terjaga di level yang wajar. Menurutnya, stabilitas harga di tingkat produsen di saat panen raya juga menjadi prioritas.

"Supaya harganya [gabah] jangan sampai terlalu tinggi atau anjlok, kasihan juga kalau harganya anjlok terlalu dalam dan ongkos produksinya gak kecover, ini bisa membuat kapok para petani dan produsen yang sedang panen sekarang," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Divisi Perencanaan dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Epi Sulandri mengeklaim pihaknya saat ini mulai melakukan pengadaan beras dan gabah dari dalam negeri seiring adanya panen raya. Menurut Epi, penyerapan dilakukan baik secara komersial maupun dengan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk stok CBP.

Adapun hingga 20 April 2024, penyerapan dalam negeri oleh Bulog tercatat sebanyak 115.000 ton beras. Sebanyak 75.000 ton di antaranya menjadi stok CBP karena dibeli dengan ketentuan HPP. Sementara sisanya merupakan pengadaan beras komersial Bulog.

Epi menyebut total stok beras Bulog per 20 April 2024 tercatat sebanyak 1.272.975 ton yang terdiri dari stok CBP sebanyak 1.252.127 ton, dan stok komersial 20.849 ton.

"Pengadaan ini sudah kita laksanakan di daerah-daerah sentra produksi seperti Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Yogyakarta, Jatim, Sulsel, Sulbar, NTB dan Merauke," ujar Epi dalam kesempatan yang sama.

Menurut Epi, Perum Bulog membutuhkan bantuan pemerintah daerah (Pemda) maupun petugas lapangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk memaksimalkan penyerapan gabah dan beras dari dalam negeri. Bulog, kata dia, siap melakukan penyerapan gabah petani sesuai dengan fleksibilitas HPP yang ditetapkan Bapanas yaitu maskimal Rp6.000 per kilogram gabah kering panen (GKP).

"Ketika mendapatkan informasi lokasi panen dan harga gabah di bawah HPP, kita bisa segera meluncur untuk melakukan penyerapan," tuturnya.

Sebelumnya, berdasarkan catatan Bisnis.com, Jumat (19/4/2024), Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi berdalih kualitas gabah petani yang belum memadai jadi kendala bagi Bulog untuk menyerap. Bayu mengatakan, sebagian besar gabah petani cenderung basah alias punya kadar air di atas ketentuan yang ditetapkan.

Di sisi lain, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengakui serapan Bulog di periode awal panen raya masih minim. Menurutnya hal itu dikarenakan sebagian besar gabah diserap terlebih dahulu oleh para penggilingan swasta.

"Privat belum kenyang, kalau bulog kemudian masuk harganya nanti tinggi lagi. Jadi tahap awal biasanya mengisi lumbung-lumbung penggilingan padi diisi dulu," jelas Arief.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper