Bisnis.com, JAKARTA -- Tren pertumbuhan investasi Taiwan di luar negeri tercatat terus tumbuh bahkan sebelum pandemi Covid-19 sebagai bagian dari fragmentasi rantai pasok global (GVC).
Kristy Tsun-Tzu Hsu, ekonom dari Chung-Hua Institution for Economic Research (CIER), menjelaskan bahwa penanaman modal asing Taiwan ke China memang menunjukkan pertumbuhan sebelum 2015 dengan realisasi investasi yang lebih besar dibandingkan dengan investasi Taiwan ke berbagai negara. N
Namun sejak 2015, nilai investasi ke negara-negara selain China justru lebih tinggi.
“Indonesia bisa berpartisipasi dalam pergeseran ini. Dengan kerja sama yang semakin kuat, kedua pihak bisa meningkatkan potensi pengembangan sumber daya manusia, pertukaran pelajaran, dan joint partnership di startup dan kewirausahaan,” kata Kristy, Kamis (27/8/2020).
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani mengatakan Indonesia dan Taiwan bisa memperdalam kerja sama perdagangan dalam rantai pasok manufaktur produk alat mesin, tekstil dan teknologi usai Covid-19.
“Kerja sama dalam rantai pasok produk teknologi harus menjadi fokus kerja sama bilateral Indonesia-Taiwan karena Covid-19 menciptakan transformasi yang mengarah pada peningkatan kebutuhan produk teknologi. Dengan demikian akan tercipta pertumbuhan permintaan yang solid,” ujarnya.
Baca Juga
Adapun untuk realisasi kerja sama yang bisa dieksekusi dalam waktu dekat, Shinta menjabarkan sejumlah industri yang potensial dikembangkan kedua pihak yakni alat pelindung diri (APD) untuk penanganan Covid-19, peralatan kesehatan termasuk test kit, produk farmasi, peralatan telekomunikasi, dan barang elektronik beserta komponennya.
“Hal ini bisa diwujudkan dengan investasi di Indonesia dengan menambah utilisasi industri di dalam negeri atau menambah volume perdagangan pada produk tersebut,” papar Shinta.