Bisnis.com, JAKARTA — Pandemi Covid-19 telah memberi pelajaran agar Indonesia dapat membangun membangun hub bandara baru di luar Jawa dan Bali untuk mendukung transportasi domestik.
Pengamat penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soedjatman mengatakan bahwa melalui arahannya beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo memberi perhatiannya mengenai distribusi hub yang ada dan juga distribusi bandara internasional yang ada.
Menurut Gerry, saat ini hub semua bandara berada di barat Indonesia, sedangkan di timur hanya ada bandara di Makassar. Manado, lanjutnya, diharapkan bisa menjadi hub distribusi untuk wilayah internasional ke wilayah Indonesia bagian timur. Namun, secara alami, hub akan timbul di lokasi yang padat dengan kecenderungan terjadi di wilayah Indonesia bagian barat.
“Dari wabah Covid-19 ini, terlihat memang, Indonesia harus membangun hub baru di luar Jawa dan Bali untuk mendukung transportasi domestik. Jangan seperti sekarang, dua bandara tersibuk, ada di zona merah yakni Jakarta/Tangerang dan Surabaya,” jelasnya, Selasa (18/8/2020).
Selain itu, rencana pemerintah untuk menjadikan Bandara Ngurah Rai di Bali sebagai superhub bagi pariwisata tidak perlu dipaksakan dan dapat menyesuaikan dengan kondisi pasar yang ada saat ini.
Gerry mengemukakan bahwa secara kapasitas, Bandara Ngurah Rai di Bali sudah tidak cukup untuk dijadikan superhub, sedangkan untuk menjadikan bandara Bali utara sebagai superhub masih membutuhkan waktu yang lebih lama.
Baca Juga
Pembentukan hub bandara di Indonesia, tuturnya, akan terjadi secara ilmiah. Saat ini, bandara yang telah menjadi superhub di Indonesia adalah bandara Soekarno-Hatta. Di luar itu terdapat Bandara Kualanamu di Medan dan Bandara Juanda di Surabaya dapat menjadi hub sekaligus bandara asal dan destinasi.
Gerry menjelaskan bahwa Bandara Makassar juga dapat berperan sebagai hub penghubung secara penuh, tetapi masih bersifat sebagai scissor hub. Scissor hub terjadi ketika sebuah maskapai penerbangan mengoperasikan beberapa penerbangan ke bandara yang tiba pada waktu yang sama, bertukar penumpang, dan kemudian melanjutkan ke tujuan akhir mereka.
“Superhub sebaiknya jangan dipaksakan ada di bandara mana saja karena lebih efektif jika pasar menentukan,”ujarnya.
Dia pun menyarankan agar ke depannya, bandara yang dikembangkan harus kombinasi antara hub dan penerbangan titik ke titik. Pasalnya, apabila bandara dipaksakan hanya menjadi salah satu model, pertumbuhan pasarnya tidak akan efisien.