Bisnis.com, JAKARTA - Surplus neraca perdagangan selama Juli 2020 perlu diapresiasi, meskipun terlalu dini jika dianggap sebagai sinyal pemulihan ekonomi.
Ekonom Maybank Indonesia Juniman menjelaskan bahwa jika dibedah berdasarkan jenisnya, kinerja ekspor tersebut lebih banyak ditopang oleh barang berbasis komoditas.
"Tren membaik memang iya, tetapi masih keberlanjutannya masih perlu dilihat juga," kata Juniman, Selasa (18/8/2020).
Juniman memaparkan tren peningkatan komoditas terutama logam mulia yang secara month to month tumbuh 79,79 persen disebabkan oleh tren peningkatan harga emas saat pandemi. Tren peningkatan permintaan ini memicu kenaikan harga yang ujung-ujungnya akan mengerakan harga komoditas logam mulia.
Dengan kondisi tersebut, menurut Juniman tren peningkatan kinerja ekspor per Juli lalu tidak bisa menjadi tolok ukur terjadinya pemulihan ekonomi nasional. Apalagi, kinerja impor sampai Juli 2020 masih terkontraksi cukup dalam.
Penurunan kinerja impor ini, menurut Juniman, mengindikasikan bahwa pelaku usaha masih wait and see untuk memulai berekspansi atau menjalankan usahanya secara normal.
Baca Juga
"Memang PMI mulai naik. Tetapi ini saya kira masih sangat jauh untuk disebut sebagai pembalikan atau sinyal pemulihan ekonomi nasional," tukasnya.