Bisnis.com, JAKARTA — PT Freeport Indonesia (PTFI) berkomitmen untuk tetap melanjutkan pembangunan proyek smelter tembaga meski proyek diniliai tidak menguntungkan.
Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) yang tengah dibangun di Gresik, Jawa Timur, memiliki dua fasilitas, yakni untuk mengolah konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga dan fasilitas pemurnian logam berharga atau precious metal refinery (PMR).
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengungkapkan bahwa pembangunan smelter tembaga bukan proyek yang menguntungkan sebab nilai tambah harga jual dari konsentrat tembaga menjadi katoda hanya 5 persen.
"Nilai tambah paling besar dari bijih itu jadi konsentrat itu sudah 95 persen nilai tambahnya karena harga jual sudah harga jual London Metal Exchange, tetapi dikurangi biaya TCRC [treatment charge and refining charge]. Jadi, dari konsentrat tembaga jadi katoda nilai tambahnya hanya 5 persen," ujar Tony dalam diskusi virtual, Senin (17/8/2020).
Namun, PTFI tetap berkomitmen melanjutkan pembangunan proyek smelter tersebut sesuai dengan ketentuan izin usaha pertambangan khusus (IUPK). Pembangunan smelter tetap akan dilakukan di Gresik karena pertimbangan kemudahan mendapatkan logistik serta dekat dengan pabrik petrokimia yang akan menyerap asam sulfat dari proses pemurnian.
Pembangunan proyek smelter PTFI di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur telah mencapai 5,8 persen hingga Juni 2020.
Baca Juga
Tony mengungkapkan bahwa pengerjaan proyek tersebut dalam 5 bulan terakhir ini terhenti karena situasi pandemi Covid-19.
Atas kendala tersebut, sejak April 2020, pihaknya pun telah mengajukan permohonan perpanjangan waktu pembangunan smelter selama 1 tahun kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sehingga penyelesaian proyek yang awalnya dapat selesai dan beroperasi secara komersial pada Desember 2023 mundur menjadi 2024.
"[Kami] sudah sampaikan permohonan dan sudah terjadi pemahaman yang sama, tapi secara resminya belum dapat persetujuan resmi dari Kementerian ESDM," katanya.