Bisnis.com, JAKARTA - Pelonggaran pembatasan sosial yang mendorong kegiatan masyarakat ternyata hanya memberikan efek sesaat terhadap ekonomi Tanah Air.
Persepsi situasi ekonomi yang membaik pada bulan Juni setelah pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan memburuk lagi akhir Juli-Agustus.
Ekonom senior yang menjabat sebagai menteri keuangan di era Presiden SBY M.Chatib Basri menduga hal tersebut disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang belum bisa dikendalikan.
Dia melihat kondisi tersebut tercermin dari data Saiful Mujani Research Centre dan Google Mobility Index yang memperlihatkan bahwa kegiatan ekonomi masyarakat cenderung flat, setelah meningkat pada akhir Mei atau awal Juni.
"Selama pandemi masih belum bisa dikendalikan, protokal kesehatan harus diterapkan. Selama itu pua, ada pembatasan volume dan skala ekonomis," papar Komisaris Utama Bank Mandiri tersebut dalam akun Twitter resminya, Selasa (11/8/2020).
Menarik melihat hasil survey SMRC @saiful_mujani Persepsi situasi ekonomi terburuk bulan Mei, lalu membaik bulan Juni dan memburuk lagi akhir Juli-Agustus pic.twitter.com/M3eZhmpJWL
— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 11, 2020
Baca Juga
Jika skala ekonomis ini tidak dipenuhi, Chatib menjamin perusahaan akan merugi. Alhasil, insentif dunia usaha tidak ada.
Selain itu, selama pandemi belum bisa dikendalikan, dia yakin kelas menegah atas akan tetap menunda konsumsi.
Data-data yang menunjukkan kelas menegah atas menahan konsumsi cukup jelas. Chatib mengungkapkan tabungan masyarakat atau dana pihak ketiga di perbankan naik tajam sejak Februari 2020. Di sisi lain, kredit menurun.
"Kredit menurun karena permintaan lemah. Untuk apa ekspansi usaha jika tidak ada permintaan," kata Chatib.
Dia berargumen kelas menegah atas menunda belanja karena kekhawatiran pandemi atau memilik investasi ke aset kelas lain. Sementara itu, kelas menegah bawah tidak memiliki cukup uang dan tabungan.
Data dibawah ini menunjukkan bahwa tabungan naik tajam sejak Feb 2020 dan kredit menurun. Kredit menurun krn permintaan lemah. Utk apa ekspansi usaha jika tdk ada permintaan pic.twitter.com/Pi63APe6sL
— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 11, 2020
Dalam situasi ini, ketika konsumsi rumah tangga dan investasi anjlok, maka belanja pemerintah jadi kunci.
Namun, Chatib melihat penyerapan lambat. Oleh karena itu, stimulus sebaiknya diarahkan ke sektor yang penyerapannya tinggi, seperti bantuan sosial dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT).
Dia menegaskan fokus kebijakan jangka pendek pemerintah adalah mengatasi wabah dan mendorong permintaan.
"Jika pandemi tidak bisa diatasi, maka ekonomi tidak akan 100 persen pulih," tegasnya.
Setelah kondisi normal, baru pemerintah dan lembaga terkait dapat mendorong kebijakan menurunkan bunga, penjaminan kredit, dan insentif usaha. Chatib mengarisbawahi kebijakan harus dibuat berurutan dan sesuai data dependence.