Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri makanan dan minuman (mamin) masih optimistis bahwa masih akan ada pertumbuhan pada akhir 2020, setidaknya hingga 1 persen.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman kembali merevisi target pertumbuhan produksi industri makanan dan minuman pada akhir tahun menjadi sekitar 0 hingga 1 persen. Pada Juni 2020, asosiasi telah merevisi target pertumbuhan produksi dari 9 persen menjadi 4 persen.
Revisi target kali ini disebabkan oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi yang semakin buruk pada akhir tahun. Namun demikian, industri makanan dan minuman diharapkan dapat menjadi lokomotif penggerak kepercayaan diri industriawan nasional.
"Seharusnya bisa [jadi lokomoti pertumbuhan Purchasing Manager's Index Indonesia]. Saya perkirakan [pertumbuhan industri makanan dan minuman] mungkin flat antara 0-1 persen growth," katanya kepada Bisnis.com, Rabu (5/8/2020).
Di samping itu, Adhi menilai geliat industri makanan dan minuman ada akhir kuartal II/2020 disebabkan oleh peningkatan permintaan setelah hari raya Iduladha. Adhi menduga hal tersebut disebabkan oleh pelonggaran protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Selain itu, lanjutnya, permintaan ekspor pada industri makanan dan minuman juga mulai aktif.
Baca Juga
Pada kuartal II/2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mendata industri makanan dan minuman tumbuh tipis 0,22 persen secara tahunan. Adapun, angka tersebut lebih tinggi atau sekitar 1,87 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Kepala BPS Suhariyanto berharap ada sebuah katalis pada kuartal III/2020 yang membuat industri makanan dan minuman tumbuh lebih tinggi lagi.