Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ganjil Genap Berlaku, Ini Antisipasi Penumpang Transportasi Publik

Institut Studi Transportasi mengusulkan sejumlah skenario untuk mengatasi lonjakan penumpang transportasi umum saat ganjil genap di DKI Jakarta diberlakukan.
Petugas Ditlantas Polda Metro Jaya memberhentikan mobil berpelat nomor genap yang memasuki Jalan Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (1/8/2018)./ANTARA-Hafidz Mubarak A
Petugas Ditlantas Polda Metro Jaya memberhentikan mobil berpelat nomor genap yang memasuki Jalan Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (1/8/2018)./ANTARA-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA – Institut Studi Transportasi (Instran) mengusulkan sejumlah skenario yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dan operator transportasi sebagai antisipasi pemberlakukan kembali ganjil genap kendati pemberlakuannya pada masa pandemi ini dinilai kurang tepat.

Direktur Eksekutif Instran Deddy Herlambang menuturkan sebenarnya sudah ada bus bantuan khusus pada Senin pagi yang berasal dari Pemprov DKI ( Bus Sekolah), JR Connextion, dan Bus DAMRI untuk mengurai kepadatan di Stasiun Bogor dan Bojonggede. Pasalnya, apabila sarana bus yang tersedia sama seperti sebelumnya masih akan kurang jumlahnya, mengingat masih diperlukannya penerapan protokol kesehatan dengan jaga jarak minimal 1 meter.

Selain itu, persoalan ini, idealnya juga menjadi tanggung jawab pemda setempat dalam mengatur pergerakan warganya yang bekerja. Sebaiknya Pemda Kota Bogor dan Kabupaten Bogor juga turut serta mengadakan bus-bus untuk transportasi warganya yang akan bekerja ke Jakarta guna mendukung new normal.

“Sekarang ini sangat banyak bus-bus pariwisata yang menganggur dapat diberdayakan atau disewa oleh pemda setempat untuk mengurai kepadatan di stasiun-stasiun KRL. Tentunya bila tidak ada klaster baru Covid-19 dalam angkutan umum yang akan mendapatkan citra positif juga adalah pemda setempat,” jelasnya, Senin (3/8/2020).

Skenario yang lain, lanjutnya adalah mengembalikan jadwal KRL/MRT dan BRT seperti semula pada saat normal untuk mengurai kepadatan di stasiun KRL dan halte BRT.

Deddy mencontohkan saat ini operasional jam KRL terbatas hanya sampai pukul 21.00 dan BRT pukul 22.00 dan akan lebih baik ditambah seperti sedia kala hingga pukul 23.30. Hal itu sekaligus untuk mengantisipasi apabila ada pekerja dengan sif malam sebagai akibat pembagian jam kerja selama pandemi.

Skenario terakhir, tekannya, yang terpenting dan sudah seringkali disampaikan adalah terkait dengan mengatur hulu dan bukannya di hilir sektor transportasi. Saat ini di hilir di sektor transportasi semua sarana dan prasarana terbatas, sehingga kapasitas tidak akan bisa ditambah langsung.

“Pada moda KRL sarana kereta dan di prasarana trek atau lintas terbatas demikian pula di moda darat yang terbatas adalah sarana bus nya. Makanya khusus masa pandemi ini sangatlah paradoks jika gage diterapkan sedangkan angkutan umum massal masih sangat terbatas,” imbuhnya.

Menurutnya memang yang terpenting adalah penegakkan kembali pengaturan di hulu dengan mengatur sif bekerja dibandingkan dengan memberlakukan ganjil genap karena kondisi kesehatan publik belum normal.

Deddy menjelaskan sif kerja dalam sehari dapat dibagi menjadi 3 kali atau bekerja bergantian setiap 2 hari sekali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper