Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ganjil Genap Diberlakukan, Angkutan Umum Harus Siap Tampung

Institut Studi Transportasi menilai rekayasa ganjil genap di DKI Jakarta harus diimbangi dengan kesiapan moda transportasi publik untuk menampung peralihan penumpang kendaraan pribadi.
Sistem ganjil genap mulai diterapkan mulai hari ini Minggu (7/10/2018) pada sejumlah simpang jalan di Bali selama Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018. /Bisnis-Ni Putu Eka Wiratmini
Sistem ganjil genap mulai diterapkan mulai hari ini Minggu (7/10/2018) pada sejumlah simpang jalan di Bali selama Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018. /Bisnis-Ni Putu Eka Wiratmini

Bisnis.com, JAKARTA – Institut Studi Transportasi (Instran) menilai rekayasa ganjil genap (gage) yang mulai diberlakukan pada Senin (3/8/2020) di DKI Jakarta harus sejalan dengan kesiapan moda transportasi publik dalam mengangkut penumpang di tengah keterbatasan tingkat keterisian selama pandemi Covid-19.

Direktur Eksekutif Instran Deddy Herlambang mengatakan dalam kondisi normal rekayasa gage diberlakukan untuk mengurai kemacetan pada waktu jam lalu lintas padat dan dapat mengurangi emisi karbon asap kendaraan bermotor tetapi untuk masa pandemi Covid-19 saat ini menjadi tidak tepat.

Menurutnya, apabila gage diterapkan otomatis publik akan kembali menggunakan angkutan umum massal. Sementara itu, lanjutnya, angkutan umum massal juga masih terbatas keterisian maksimal 30 persen hingga 50 persen.

“Saat ini moda MRT, KRL, dan BRT [TransJakarta] yang ada di Jakarta telah nyaman sesuai protokol kesehatan dengan load factor 30-50 persen. Apabila gage berlaku, load factor bisa lebih dari 50 persen, karena pengguna kendaraan pribadi akan switching menggunakan angkutan umum massal. Bila hal ini dipaksakan pengkondisian jaga jarak antar penumpang sesuai arahan Satuan Tugas Covid-19 akan gagal,” jelasnya, Senin (3/8/2020).

Bagi golongan masyarakat mampu, lanjutnya, rekayasa gage ini bukan merupakan masalah, karena dapat membeli mobil lagi sesuai nomor plat yang dikehendaki atau membeli kendaraan roda dua yang baru. Namun, tentunya tidak semua golongan masyarakat kita mampu membeli mobil lagi dan beli kendaraan roda dua.

“Ketika gage belum diberlakukan setiap hari Senin pagi pasti di stasiun-stasiun KRL di Bogor, Cilebut, Bojongede dan Citayam over kapasitas antrian stasiun karena pengguna KRL masuk ke peron stasiun dibatasi maksimum 30 persen. Lalu bagaimana bila gage diberlakukan,” imbuhnya.

Dia memprediksi apabila kebijakan diterapkan, maka sebagian pengguna kendaraan pribadi juga akan menggunakan angkutan massal ini termasuk MRT dan BRT. Sebelum pandemi ini terjadi ketika pemberlakuannya dilakukan pada September 2019, terjadi peningkatan rata-rata penumpang KRL sebanyak 7,4 persen (KCI) dan BRT (bus TransJakarta) sebanyak 25 persen-30 persen.

Dia meyakini apabila merujuk persentase peningkatan penumpang tersebut dipastikan akan terjadi peningkatan penumpang juga di angkutan umum massal ketika gage diberlakukan dalam masa pandemi Covid-19.

Berdasarkan data dari Dishub DKI, jumlah proporsi gage adalah seimbang, maka sekitar 1,97 juta mobil akan digunakan setiap hari ketika gage diberlakukan. Namun khusus pandemi kali ini akan ada pengkondisian 50 bekerja di rumah dan 50 persen bekerja di kantor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper