Bisnis.com, JAKARTA-Indonesia digadang-gadang menjadi salah satu negara dengan pemulihan ekonomi tercepat setelah China pada 2021.
Survei oleh McKinsey pun menunjukkan bahwa warga Indonesia cenderung optimistis perekonomian bakal segera pulih usai pandemi.
“Walaupun tekanan Covid-19 berat, ternyata Indonesia menjadi salah satu yang optimistis akan pulih. Ini menjadi salah satu modal untuk menghadapi Covid-19, ” ujar Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan P. Roeslani dalam Mid-Year Economic Outlook 2020, Selasa (28/7/2020).
Dengan sejumlah kebijakan yang tepat, Rosan meyakini sejumlah sektor penopang kontribusi produk domestik bruto (PDB) dan penyerap tenaga kerja dapat ditingkatkan meski tertekan selama pandemi Covid-19.
Sektor-sektor tersebut mencakup industri yang berkontribusi sebesar 19,98 persen terhadap struktur PDB dan serapan tenaga kerja mencapai 14,09 persen serta sektor perdagangan yang kontribusi terhadap PDB mencapai 13,2 persen dengan serapan tenaga kerja 18,63 persen.
Meski kontribusi perdagangan terbilang besar, tekanan justru datang dari perdagangan internasional. Rosan mencatat 6 dari 10 negara mitra dagang utama Indonesia telah memasuki fase resesi. Kondisi ini menurut Rosan bakal mempengaruhi kinerja perdagangan ke depannya.
Baca Juga
“Kita lihat penurunan perdagangan Indonesia dengan mitra terbesar, turun sampai 11,25 persen. Menurut WTO, nilai perdagangan global bahkan bisa turun 13 persen sampai 32 persen. Perdagangan akan menghadapi tantangan yang besar dengan kondisi ini,” lanjutnya.
Meski mayoritas mitra dagang terbesar Indonesia mengalami resesi, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Kasan Muhri mengemukakan bahwa nilai perdagangan dengan beberapa negara justru mengalami kenaikan.
Berdasarkan data yang dihimpun Kemendag, ekspor ke Amerika Serikat selama Januari-Juni 2020 mencapai US$8,6 miliar atau naik 1,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Padahal negara tersebut diperkirakan bakal memasuki resesi dengan penurunan sampai dua digit pada kuartal II/2020.
“Penurunan terbesar memang terjadi pada ekspor ke Malaysia dan India yang masing-masing sampai 20 persen dan 16,8 persen. Namun penurunan ekspor ke Singapura dan Jepang tidak sedalam itu,” lanjut Kasan.
Dengan beragamnya performa dagang di setiap mitra utama, Kasan menjelaskan bahwa Kemendag bakal menggunakan sejumlah pendekatan untuk menyikapi tantangan Covid-19.
Pendekatan pertama mencakup strategi jangka pendek yang berorientasi pada jenis-jenis produk yang masih membukukan pertumbuhan ekspor selama pandemi, produk yang diprediksi pulih permintaannya seiring kembali aktifnya industri berbasis rantai pasok global, serta produk-produk baru yang akan muncul sebagai inovasi usai pandemi maupun produk yang muncul akibat relokasi industri.
“Sementara pendekatan pasar akan berfokus pada negara yang penangan wabahnya baik dan informasinya kami peroleh dari perwakilan dagang,” sambungnya.
Dia pun membeberkan strategi jangka panjang yang bakal dijalankan oleh Kemendag guna mengamankan pasar. Salah satunya lewat penyelesaian perundingan perdagangan demi memulihkan posisi produk Indonesia sebagai market power di negara tujuan.
“Kami juga mendorong pelaku usaha dan lembaga terkait untuk memanfaatkan perjanjian dagang yang telah selesai dan dilegalisasi. Perjanjian ini bakal memberi akses pasar yang lebih besar bagi Indonesia,” tutur Kasan.