Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menilai seller market products Indonesia tidak hanya menguntungkan dari sisi bisnis, melainkan berisiko menghadapi sejumlah tantangan yang cukup berat.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Kasan Muhri mengatakan harga seller market products bisa dikendalikan oleh produsen karena hanya diproduksi di negara-negara tertentu dan memiliki keunggulan komparatif.
"Meski pangsa pasar produk-produk tersebut terbilang besar, tak memungkiri jika seller market products menghadapi sejumlah tantangan," kata Kasan, Kamis (23/7/2020).
Menurutnya, harga dan pasokan produk-produk tersebut tak selamanya bisa dikendalikan oleh produsen. Seller market products cenderung rentan terpengaruh kehadiran produk-produk substitusi.
Selain tantangan munculnya barang substitusi, Kasan pun mengemukakan bahwa kebutuhan produk saat ini lebih banyak dikendalikan oleh negara pembeli seiring makin bervariasinya pilihan.
Tak sampai di situ, produk dengan pangsa pasar yang besar pun semakin rentan menjadi sasaran penerapan hambatan-hambatan. Salah satunya yang terjadi pada komoditas sawit yang sudah menjadi market leader.
Baca Juga
Guna mengimbangi berbagai tantangan tersebut, Kasan menyatakan bahwa mengandalkan produk dengan pangsa pasar global yang besar saja tidaklah cukup. Kemendag disebutnya bakal mengidentifikasi pula produk-produk unggul di masing-masing negara, baik mitra tradisional maupun negara tujuan ekspor potensial.
Berdasarkan data Kemendag, Indonesia setidaknya memiliki 10 jenis produk ekspor yang memiliki kriteria tersebut. Produk-produk ini mencakup minyak sawit dan turunannya yang menguasai pangsa pasar global sebesar 53 persen, dan oleokimia sebanyak 31,9 persen.
Selain itu, produk margarin 13 persen, lemak kakao 12,9 persen, cengkeh 36,1 persen, sarang burung walet 47,8 persen, kertas tisu 18,9 persen, flooring dari kayu 12,7 persen, timah 24,7 persen, dan nikel dengan pangsa pasar sebesar 28 persen.