Bisnis.com, JAKARTA-Kementerian Perdagangan (Kemendag) berupaya menjaga kinerja ekspor di pasar global pada masa pandemi Covid-19, melalui pendekatan seller market products dalam dua tahun ke depan.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Kasan Muhri mengatakan seller market products mencakup produk-produk yang hanya diproduksi di negara-negara tertentu dan memiliki keunggulan komparatif. Idealnya, negara produsen memiliki pengaruh langsung dalam pembentukan harga produk tersebut di pasar global.
“Memang idealnya produk ini, karena konsumen tidak memiliki pilihan, harganya dikendalikan oleh produsen, tetapi belum tentu demikian karena produk semakin beragam seiring berkembangnya manufaktur. Misal minyak sawit, harganya tidak ditentukan Indonesia karena ada minyak nabati lainnya,” ujar Kasan, Kamis (23/7/2020).
Berdasarkan data Kemendag, Indonesia setidaknya memiliki 10 jenis produk ekspor yang memiliki kriteria tersebut. Produk-produk ini mencakup minyak sawit dan turunannya yang menguasai pangsa pasar global sebesar 53 persen, dan oleokimia sebanyak 31,9 persen.
Selain itu, produk margarin 13 persen, lemak kakao 12,9 persen, cengkeh 36,1 persen, sarang burung walet 47,8 persen, kertas tisu 18,9 persen, flooring dari kayu 12,7 persen, timah 24,7 persen, dan nikel dengan pangsa pasar sebesar 28 persen.
Meski pangsa pasar produk-produk tersebut terbilang besar, Kasan tak memungkiri jika seller market products menghadapi sejumlah tantangan.
Baca Juga
Menurutnya, harga dan pasokan produk-produk tersebut tak selamanya bisa dikendalikan oleh produsen. Seller market products cenderung rentan terpengaruh kehadiran produk-produk substitusi.
Selain tantangan munculnya barang substitusi, Kasan pun mengemukakan bahwa kebutuhan produk saat ini lebih banyak dikendalikan oleh negara pembeli seiring makin bervariasinya pilihan.