Bisnis.com, JAKARTA - Lion Air Group mengakui belum optimalnya pengaturan jaga jarak atau physical distancing di sejumlah rute penerbangan seperti Surabaya akibat tingkat okupansi maskapai yang mencapai batas maksimal.
Corporate Communication Strategic Lion Air Group Danang Mandala tak menampik dalam penerbangan tertentu kemungkinan jumlah tingkat keterisian penumpang (seat load factor/SLF) akan sesuai dengan kapasitas pesawat udara yang dioperasikan. Alhasil, penerapan jaga jarak physical distancing atau jaga jarak pada kabin belum maksimal.
Danang menyebutkan hal tersebut dengan mempertimbangkan untuk mengakomodir kebutuhan perjalanan udara para tamu atau penumpang. Selain itu, pembelian tiket secara tiba-tiba yang disebabkan suatu tingkat kepentingan dari tamu atau penumpang yang (urgent).
Selanjutnya juga dikarenakan pembukuan pada periode pemesanan sebelumnya, terutama dari tamu atau penumpang yang telah membeli tiket jauh hari. Selain itu juga perubahan periode perjalanan (reschedule) dari beberapa tamu atau penumpang dikarenakan kebutuhan mendesak.
"Perjalanan grup dari keluarga atau rombongan tertentu [group booking] yang menginginkan dalam satu penerbangan dengan duduk berdekatan [satu baris], pengalihan penerbangan [transfer flight] dari penerbangan lain yang disebabkan pembatalan atau operasional lainnya," jelasnya, Selasa (21/7/2020).
Sebelumnya Lion Air Group kerap mendapatkan keluhan dari masyarakat karena terlihat kabin pesawat yang penuh dengan penumpang, terutama di bagian depan. Baris bangku tiga-tiga terisi penuh. Sementara di bagian belakang terlihat masih kosong.
Baca Juga
Pasalnya Lion Air Group dinilai tidak memperhatikan protokol kesehatan Covid-19 dan membahayakan penumpang. Penumpang merasa tidak aman kendati sudah melakukan rapid test karena protokol kesehatannya tidak ketat.