Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menyatakan siap untuk mengembangkan bahar bakar dari 100 persen sawit untuk jenis bensin dan avtur.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan Pertamina telah memiliki kesiapan baik secara bahan baku, teknologi, serta infrastruktur untuk pengembangan itu.
Adapun, pada saat ini Pertamina masih pada tahap uji coba dengan co-processing di Kilang Cilacap pada Desember 2020.
Secara teknis, kata Fajriyah, pembuatan bensin hijau dan avtur hijau pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan pengolahan green diesel (D-100) dengan mengolah refined, bleached, and deodorized palm oil (RBDPO) dengan Katalis Merah Putih yang diproduksi dengan bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung.
Dia menjelaskan, pemerintah telah menyatakan dukungannya agar Pertamina pengembangan green gasoline dan green avtur bisa direalisasikan lebih lanjut.
“Pertamina sudah membuktikan bahwa kilang siap, katalis siap. Tinggal diskusi lebih lanjut untuk keekonomian karena perlu dukungan para stakeholder,” katanya kepada Bisnis, Senin (20/7/2020).
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, pengembangan energi hijau tersebut sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang menekankan pentingnya menghasilkan Bahan Bakar Nabati (BBN) dengan mendayagunakan sumber daya alam domestik untuk membangun ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional.
“Pertamina menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah dan semua pihak agar Pertamina terus mengembangkan green energy seperti B30 dan B50 serta D-100” ujarnya katanya.
Di sisi lain, Wakil Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Budi Santoso Syarif mengatakan untuk green gasoline, Pertamina sudah melakukan uji coba sejak 2018 di Kilang Plaju dan Cilacap.
Namun, uji coba tersebut baru mampu mengolah minyak sawit RBDPO sebesar 20 persen.
Dia menjelaskan, walaupun uji coba green gasoline yang dilakukan Pertamina baru mampu mengolah minyak sawit sebesar 20 persen, tapi hal tersebut pertama di dunia mengingat mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline belum pernah dilakukan dalam skala operasional.
“Mengolah minyak sawit menjadi green diesel sudah dilakukan juga oleh beberapa perusahaan lain di dunia, tapi mengolah minyak sawit menjadi green gasoline belum pernah dilakukan di dunia dan Pertamina adalah yang pertama karena selama ini hal tersebut masih sebatas skala laboratorium untuk riset," ungkapnya.
Selain Dumai, Pertamina juga akan membangun standalone biorefinery di Cilacap dengan kapasitas 6.000 barel per hari dan Standalone Biorefinery di Plaju dengan kapasitas 20.000 barel per hari.
Kedua standalone biorefinery ini akan mampu memproduksi Green Diesel maupun Green Avtur dengan berbahan baku 100 persen minyak nabati.
Di lain pihak, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, mengatakan bahwa selain mengimplementasikan penggunaan bahan bakar yang berasal dari campuran solar dan fatty acid methyl ester (FAME) sebanyak 30 persen, pemerintah mendorong pengembangan green fuel berbasis sawit.
"Saat ini sedang dilakukan uji coba untuk B40 dan pengembangan green fuel yang nantinya diharapkan dapat menghasilkan green diesel [D100], green gasoline [G100] dan green jet avtur [J100] yang berbasis crude palm oil [CPO]," jelasnya.
Pemerintah, lanjutnya, tengah menggandeng Pertamina untuk melakukan pengembangan green fuel di kilang-kilang yang berada di sentra produksi sawit, baik secara co-processing di kilang-kilang existing, maupun ke depannya dengan pembangunan kilang baru (stand alone) yang didedikasikan untuk green fuel.
Saat ini, kata dia, Pertamina telah berhasil menginjeksikan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) pada unit Distillate Hydrotreating Refinery Unit (DHDT) di beberapa kilang eksisting dengan menggunakan katalis Merah-Putih.
Feby menjelaskan untuk Refinery Unit II, Dumai, Pertamina juga uji coba secara bertahap yang dimulai dari campuran 7,5 persen, 12,5 persen hingga 100 persen.
Dalam rangka menyamakan persepsi terhadap produk-produk bahan bakar nanabti, saat ini Pemerintah sedang menyusun usulan nomenklatur untuk bahan bakar nabati, yaitu Biodiesel dengan kode B100, Bioetanol (E100), Bensin biohidrokarbon (G100), Diesel biohidrokarbon (D100), dan avtur biohidrokarbon (J100).